BOGOR, SENIN – Gunma Safari Park Jepang, Taman Safari Indonesia, dan Taman Nasional Gede Pangrango menaman sekitar 5.000 pohon di kawasan TNGP di Desa Gunung Putri Cibodas, Cianjur, Jawa Barat, Senin (21/1). Kegiatan ini merupakan yang kedelapan kalinya yang mereka laksanakan setiap tahun sejak tahun 2000.
Direktur TSI Frans Manansang mengatakan, kegiatan penanaman pohon tersebut merupakan kerjasama sister park antara TSI dan Gunma sejak tahun 2000, yang diprakasari Duta Besar RI di Tokyo waktu itu. “Kami sejak itu meminjamkan beberapa koleksi satwa TSI kepada Gunma antara Februari sampai November. Di luar bulan itu, satwa koleksi kami pulang ke sini karena Jepang masuk musim dingin,” kata Manansang.
Sehubungan dengan itu, karena Gunma tidak memiliki satwa Jepang yang bisa dipinjamkan ke TSI, mereka menggantikannya dengan menanam pohon di kawasan TNGP. “Februari nanati, satwa kolesi kami yang akan dipamerkan di Gunma adalah orangutan, harimau sumatera, harimau putih, dan macan tutul. Empat perawat satwa tersebut juga menyertai mereka selama di Jepang,” kata Manansang.
Presiden Direktur Gunma Safari Park, Kunihiko Takahashi, mengatakan, pihaknya memilih menanam pohon karena mendapat laporan bahwa kerusakan hutan di Indonesia cukup parah. Padahal hutan merupakan habitat satwa yang penting, yang pada akhirnya juga sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia.
Selain itu, katanya, posisi kawasan TSI dan TNGP di Bogor dengan Jakarta sama dengan posisi Gumna di Tomioka dengan Tokyo. “Kawasan kami adalah wilayah konservasi yang penting bagi wilayah Tokyo. Wilayah di sini pun demikian, penting untuk Jakarta. Sehingga sangat penting hutan di sini tetap ada dan alami,” katanya.
Gunma Safari Park, lanjutnya, memiliki lahan seluas 360 hektar dengan koleksi satwa 100 jenis sebanyak kurang lebih 1.000 ekor. Kebun binatang tersebut dibangun sejak 1979. Setiap tahun didatangi sekitar 500 ribu orang dengan tiket masuk 2.600 yen untuk orang dewasa dan 1.300 yen untuk anak-anak.
“Dibanding tempat hiburan lainnya di Jepang, karcis masuk Gunma memang relatif lebih mahal. Namun setiap tahunnya, pengunjung makin bertambah. Kami senang bisa menampilkan satwa dari Indonesia di sana karena masyarakat kami jadi semakin mengenal satwa langka dan tambah mencintai satwa,” kata Takahashi, yang didampingi Andri Sumaryadi, staf bagian kehutanan dari Kedutaan Besar RI di Tokyo.
Adapun Kepala TNGP Bambang Sumananto mengatakan, TNGP masih memerlukan jutaan pohon lagi karena area yang harus direhabilitasi (bekas kawasan hutan produksi Perhutani) sekiatar 70 ribu hektar. Satu hektar lahan memerlukan sekitar 400 bibit pohon kayu endemik TNGP. Jenis pohon endemik itu antara lain puspa, rasamala, manglit, saninten, hiru, dan cijeruk.
Bambang sangat menyambut baik bagi semua pihak yang mau berpartisipasi untuk menghijaukan kembali kawasan perluasan TNGP tersebut. Kawasan perluasan itu, selama ini menjadi lahan garapan masyarakat setempat. Berkaitan dengan itu TNGP terus membangun kerjasama dengan masyarakat untuk bersama-sama memelihara bibit pohon yang sudah ditanam di sana baik oleh TNGP maupun donatur.
“Kami tengah memikirkan program lainnya yang bisa menunjang kelangsungan keselamatan pohon selanjutnya. Karena harus kami akui, sangat sulit menjaga kelangsungan hidup pohon-pohon itu mengingat keterbatasan tenaga TNGP,” tuturnya.