"Ingin jadi supir," katanya mantap. Ketika anak-anak di belahan dunia lain bercita-cita menjadi dokter, insinyur, dan presiden, bocah Murghab ini malah ingin menjadi supir.
"Supir pesawat atau supir bus?" saya masih penasaran.
"Tentu saja supir bus."
"Saya juga ingin jadi supir," kata Tursunboy, anak tetangga sebelah, lebih mantap.
Beig yang mendengar percakapan ini langsung berubah air mukanya.
"Apa-apaan ini? Aku tak ingin punya anak yang cita-citanya cuma ingin jadi supir. Mau jadi apa hidup ini nanti? Sama sekali tidak ada harapan. Tidak ada tujuan hidup!"
Gulnoro menenangkan suaminya yang sudah hampir setahun jadi pengangguran.
"Apa salahnya sih jadi supir? Di Tajikistan, supir juga sekolah di universitas!"
"Jadikan GBAO sebagai pintu gerbang emas bagi masa depan gemilang Tajikistan," demikian slogan Presiden Emomali Rahmon yang terpampang di mana-mana. Ada impian, ada harapan. Tetapi itu datangnya jauh dari Dushanbe sana.
Inikah negeri impian yang dulu pernah saya lihat dari seberang sungai sana?
(Bersambung)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.