Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Asinan Betawi, Nendang Abiss...

Kompas.com - 29/05/2008, 12:35 WIB

Asinan? Pasti makanan yang satu ini tak lagi asing di telinga sebagian masyarakat. Setiap ada acara makan-makan, tak jarang asinan menjadi salah satu menu yang tersaji di meja, baik asinan buah atau pun sayur. Selain Bogor yang terkenal dengan asinan-nya, kota Jakarta juga mempunyai asinan khas yang tak kalah menariknya, asli Betawi.

Di Jakarta, ada satu penjual asinan Betawi jadoel yang sudah ada sejak puluhan tahun dan masih eksis hingga saat ini, meski letaknya di salah satu jalan kecil di daerah Rawamangun, Jakarta Timur.

Sumpah, tidak gampang mencapai ke sana. Papan penunjuk jalan pun tak ada. Jadi, saya harus bertanya berkali-kali karena jalan menuju ke tempat penjual asinan ini harus melalui jalan sempit dan berliku, melewati deretan pemukiman penduduk. Wuihhh... akhirnya, sampai juga saya ke warung mungil ini.

Sebenarnya, nama asli warung ini adalah Asinan Mansyur, sesuai dengan pemiliknya, H. Mansyur. Namun, asinan ini lebih kondang dengan nama Asinan Kamboja, karena terletak di jalan Kamboja.

Rupanya, memilih tempat yang strategis untuk berjualan, tidak ada dalam kamus keluarga asli Betawi tersebut. Buat mereka, kalau rasanya enak, kemana pun orang akan mendatanginya.

Terbukti, dengan mempertahankan kualitas, asinan Kamboja mampu bertahan selama puluhan tahun sejak kali pertama dibuka oleh sang nenek, pada 1968. Jadilah resep itu diwariskan secara turun temurun oleh keluarga besar Mansyur hingga generasi ketiga saat ini.

Saya datang hari itu saat sore hari. Walhasil, saya tidak bisa mencicipi asinan buah, sudah habis rupanya. Yang tersisa hanyalah asinan sayur saja.

"Kalau mau makan asinan buah, telpon dulu. Jadi, kami simpan dulu sampai mbak datang," kata si penjual asinan.

Yah, agak kecewa sih, karena di sepanjang jalan saya sudah membayangkan sedapnya menikmati asinan buah. Tetapi gimana lagi, memang saya yang datang kesorean.

Akhirnya, saya hanya memesan asinan sayur. Suasana disana sore itu juga cukup ramai. Takjub juga saya melihat para pengunjung yang berdatangan, baik menggunakan motor atau mobil, jauh-jauh menyambangi tempat yang berliku-liku di ujung jalan.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com