Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berkelana ke Negeri-negeri Stan (77)

Kompas.com - 20/06/2008, 07:59 WIB

Orang Iran memang terkenal basa-basinya. Dalam bahasa Iran, adat ini disebut taarof. Saya tak peduli taarof adalah cikal bakal diplomasi tingkat tinggi, yang jelas gara-gara omong-omong manis ini, saya harus menunggu lebih dari satu bulan hanya untuk mendapatkan visa Iran. Setidaknya saya lebih beruntung. Seorang gadis Uzbekistan keturunan Iran dan fasih berbahasa Farsi harus bolak-balik tujuh kali, diambil cap sepuluh jari tangan (mungkin sepuluh jari kaki juga kalau perlu), wawancara ini itu, dan masih harus menunggu berbulan-bulan.

Tak ada pelepasan yang lebih dahsyat, selain melihat visa Iran yang cantik dengan motif bunga-bungaan tertempel rapi di dalam paspor saya.

Keesokan harinya, saya melangkah dengan gagah berani ke Kedutaan Turkmenistan, tersembunyi di sebuah gang kecil, berbelok-belok seperti labirin. Kedutaan ini baru buka jam 11 untuk menerima permohonan visa, dan ketika saya datang sudah ada belasan orang berbaris di luar gedung yang mirip rumah biasa ini, diterpa dinginnya angin kencang.

Di antara yang berbaris itu ada Suhrat, 30 tahun. Tubuhnya sedikit gemuk. Matanya sipit, dan hidungnya bulat. Benar-benar mirip orang Kazakh. Inilah orang Turkmen pertama yang saya lihat seumur hidup.

Suhrat memang orang Turkmen, tetapi ia bukan warga Turkmenistan. Bukan pula warga Uzbekistan.

            "Saya bukan warga negara mana-mana. Saya tidak punya kewarganegaraan," ujarnya.

Tetapi ia punya paspor, dikeluarkan oleh Uzbekistan khusus untuk orang-orang tanpa kewarganegaraan. Baru pertama kali saya melihat paspor yang berjudul 'People with No Citizenship'.

Suhrat lahir di Turkmenistan. Ketika Uni Soviet buyar pada tahun 1991, Suhrat masih kuliah di Tashkent. Waktu itu adalah zaman seru-serunya, ketika daerah-daerah yang dulunya setingkat provinsi sekarang sudah jadi republik merdeka semua. Uzbekistan sekarang tiba-tiba menjadi negara lain. Suhrat, walaupun orang Turkmen, tidak mau repot-repot bikin paspor Turkmenistan karena dia masih ingin tetap sekolah di Tashkent. Uzbekistan juga tidak mau memberi paspor untuk pendatang seperti dia.

Jadilah Suhrat kehilangan kewarganegaraan. Tidak inginkah dia mengurus paspor Turkmenistan? Bisa saja, tetapi butuh proses 10 tahun. Suhrat tidak mau repot.

            "Setidaknya, no citizenship adalah yang paling cocok buat saya sekarang."

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com