Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Membangun Kejayaan Teh dan Kopi

Kompas.com - 20/08/2008, 08:05 WIB

Saya melihat sekeliling. Daun-daun teh kering dikemas dalam karung-karung dan kaleng-kaleng bekas minyak memenuhi toko. Pelan-pelan saya menyadari bahwa B.O.P. adalah singkatan dari Broken Orange Pekoe.

“Yang tidak broken apa ada? Yang KW-1 gitu.”

Penjaga toko menggeleng. Alangkah sedihnya. Orang Wonosobo tidak mudah membeli teh orange pekoe yang dihasilkan di perkebunan dekat sana. Yang tersedia adalah rencekan yang termasuk KW-2 – kualitas nomor dua. Pucuk-pucuk daun teh yang muda dan bagus diproses dengan cermat menjadi teh berkualitas tinggi. Sedang daun kualitas rendah beserta ranting-ranting muda yang ikut difermentasi menghasilkan kualitas broken yang rasanya lebih sepet.

Siapa yang salah?

Kita semua. Sebagai negara penghasil teh dan kopi penting di dunia, apakah kita “pintar” minum teh dan kopi? Berapa gelintir insan Indonesia yang tahu bedanya teh hijau dan teh hitam (juga sering disebut teh merah)? Berapa banyak orang Indonesia yang paham cara menyedu kopi dengan baik dan benar?

Kuis sederhana untuk Anda. Saya yakin sebagian besar pembaca kolom ini gemar minum Teh Botol Sosro yang dipromosikan dan dipasarkan secara luas – paling tidak pastilah Anda pernah mencicipinya sekali-dua. Tahukah Anda bahwa teh yang dikemas dalam botol itu adalah teh hijau? Survei kecil-kecilan yang saya lakukan menunjukkan bahwa sepuluh dari sepuluh orang yang saya tanyai tidak mengetahui kenyataan itu. “Lho, kan warnanya tidak hijau?” begitu kebanyakan jawab mereka. Mereka tidak tahu bahwa yang namanya teh hijau tidak selalu menghasilkan cairan berwarna hijau. Teh hijau adalah teh yang tidak melalui proses fermentasi atau oksidasi.

Teh hijau dan teh hitam memiliki karakteristik masing-masing – baik dari segi citarasa maupun manfaat terhadap tubuh. Secara umum diketahui teh adalah anti-oksidan yang baik. Tetapi, banyak orang berpendapat bahwa bahwa teh hijau lebih tinggi manfaatnya bagi tubuh manusia. Saya sendiri heran, kenapa produsen teh itu tidak pernah membuat promosi yang lebih mengedepankan substansi bahwa tehnya adalah teh hijau yang lebih bermanfaat bagi manusia.

Tentang teh wangi yang populer di Indonesia – khususnya di kalangan orang Jawa – juga banyak persepsi keliru. Kebanyakan orang berpikir bahwa tehnya dicampur dengan bunga melati. Ini persepsi yang masuk akal karena teh wangi memang menguarkan aroma melati yang kuat – kecuali beberapa merk teh wangi buatan Sumatra yang memakai aroma vanili.

Bunga melati akan menjadi pahit bila diproses menjadi campuran teh. Bunga melati hanya “diperawani” alias “dipakai semalam” oleh daun teh untuk diserap aroma wanginya. Biasanya, pucuk daun teh segar dihamparkan di lantai, lalu di atasnya disebar bunga melati. Sepanjang malam harum melati diserap oleh daun teh. Esok paginya, bunga melati dikumpulkan lagi untuk dikirim ke pembuangan. Habis harum, sampah dibuang. Teh wangi juga jenis teh hijau – yaitu teh yang tidak difermentasikan.

Kebanyakan masyarakat kita juga tidak peduli teh jenis apa yang mereka minum. Berbagai jenis teh yang dipasarkan di Indonesia juga tidak berusaha mendidik masyarakat dengan menampilkan jenis teh pada kemasannya. Lihat saja semua kemasan teh buatan Indonesia. Adakah yang mencantumkan jenis teh yang dipakai?

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pengalaman ke Pasar Kreatif Jawa Barat, Tempat Nongkrong di Bandung

Pengalaman ke Pasar Kreatif Jawa Barat, Tempat Nongkrong di Bandung

Jalan Jalan
Libur Panjang Waisak 2024, KAI Operasikan 20 Kereta Api Tambahan

Libur Panjang Waisak 2024, KAI Operasikan 20 Kereta Api Tambahan

Travel Update
Pasar Kreatif Jawa Barat: Daya Tarik, Jam Buka, dan Tiket Masuk

Pasar Kreatif Jawa Barat: Daya Tarik, Jam Buka, dan Tiket Masuk

Travel Update
Berkunjung ke Pantai Nangasule di Sikka, NTT, Ada Taman Baca Mini

Berkunjung ke Pantai Nangasule di Sikka, NTT, Ada Taman Baca Mini

Jalan Jalan
10 Wisata Malam di Semarang, Ada yang 24 Jam

10 Wisata Malam di Semarang, Ada yang 24 Jam

Jalan Jalan
Tanggapi Larangan 'Study Tour', Menparekraf: Boleh asal Tersertifikasi

Tanggapi Larangan "Study Tour", Menparekraf: Boleh asal Tersertifikasi

Travel Update
Ada Rencana Kenaikan Biaya Visa Schengen 12 Persen per 11 Juni

Ada Rencana Kenaikan Biaya Visa Schengen 12 Persen per 11 Juni

Travel Update
Kasus Covid-19 di Singapura Naik, Tidak ada Larangan Wisata ke Indonesia

Kasus Covid-19 di Singapura Naik, Tidak ada Larangan Wisata ke Indonesia

Travel Update
Museum Kebangkitan Nasional, Saksi Bisu Semangat Pelajar STOVIA

Museum Kebangkitan Nasional, Saksi Bisu Semangat Pelajar STOVIA

Travel Update
World Water Forum 2024 Diharapkan Dorong Percepatan Target Wisatawan 2024

World Water Forum 2024 Diharapkan Dorong Percepatan Target Wisatawan 2024

Travel Update
Tebing di Bali Dikeruk untuk Bangun Hotel, Sandiaga: Dihentikan Sementara

Tebing di Bali Dikeruk untuk Bangun Hotel, Sandiaga: Dihentikan Sementara

Travel Update
Garuda Indonesia dan Singapore Airlines Kerja Sama untuk Program Frequent Flyer

Garuda Indonesia dan Singapore Airlines Kerja Sama untuk Program Frequent Flyer

Travel Update
5 Alasan Pantai Sanglen di Gunungkidul Wajib Dikunjungi

5 Alasan Pantai Sanglen di Gunungkidul Wajib Dikunjungi

Jalan Jalan
Pantai Lakey, Surga Wisata Terbengkalai di Kabupaten Dompu

Pantai Lakey, Surga Wisata Terbengkalai di Kabupaten Dompu

Travel Update
Bali yang Pas untuk Pencinta Liburan Slow Travel

Bali yang Pas untuk Pencinta Liburan Slow Travel

Travel Tips
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com