Pervez sendiri jarang beribadah ke gereja lagi sejak pembantaian masal itu. Alasannya takut. Sekarang Pervez juga menjual arak untuk menyambung hidup.
“Mari minum,” ia menawarkan segelas cairan alkohol bening tanpa sungkan.
Kaum marginal yang didera diskriminasi, trauma, teror, kemiskinan, dan alkohol, semakin dalam terperosok dalam keterpurukan. Entah kapan mereka bisa bangkit lagi menggapai cita-cita yang diemban para misionaris itu.
(Bersambung)
_______________
Ayo ngobrol langsung dengan Agustinus Wibowo di Kompas Forum. Buruan registrasi!
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.