BATAM, KOMPAS
Direktur Polisi Perairan Kepolisian Daerah Kepulauan Riau Ajun Komisaris Besar M Yassin Kosasih, Jumat (5/3), menyatakan, operasi khusus gabungan melibatkan polisi air, Brigade Mobil, dan Densus 88. Untuk sementara, kegiatan digelar mulai 3 Maret selama seminggu.
”Setelah seminggu baru akan dievaluasi apakah operasi akan diteruskan atau tidak,” kata Yassin.
Dalam operasi khusus gabungan tersebut, menurut Yassin, sebanyak 10 kapal patroli yang rutin beroperasi di Selat Malaka bersama dengan sebuah kapal patroli dari Polda Kepri dan dua buah kapal patroli dari Markas Besar Polri dikerahkan. Model operasinya dilakukan dengan cara memeriksa secara random kapal-kapal yang dicurigai.
Salah seorang kapten kapal, Ajun Komisaris Sukoco, menyatakan, selama tiga hari operasi, pihaknya belum menemukan tanda-tanda yang mengarah pada adanya rencana aksi teroris.
Informasi awal adanya indikasi rencana aksi terorisme di Selat Malaka disampaikan Angkatan Laut Singapura setelah menerima laporan dari Singapore Shipping Association (SSA). Rekomendasinya kemudian adalah semua kapal-kapal yang melintasi selat yang terletak antara Indonesia dan Malaysia tersebut agar meningkatkan keamanan.
Selat Malaka adalah salah satu jalur pelayaran terpadat di dunia. Di jalur ini kapal tanker minyak dari Timur Tengah berlayar menuju Jepang dan China.