Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dari Minang Tak Harus Rendang

Kompas.com - 14/06/2010, 15:30 WIB

Terkenal

Meski letaknya tersembunyi di dalam gang, warung yang beralamat di Gang Almanzari, Jalan Panorama, Kota Bukittinggi, ini sangat terkenal. Begitu terkenalnya warung itu, sehingga orang yang mengirim paket atau surat tak perlu menyebutkan alamat lengkap. ”Ditulis Pical Sikai saja, semua orang Bukittinggi sudah tahu di mana letaknya,” kata Reni Afrianti (36), saudara Nelly yang ikut mengelola warung tersebut.

Menurut Uni Iren—panggilan akrab Reni—warung Pical Sikai sudah berusia lebih dari 60 tahun. Warung tersebut pertama kali didirikan oleh bibinya, Kairiyah, pada tahun 1948. ”Bibi saya sering dipanggil Si Kai, makanya diberi nama Pical Sikai,” ungkapnya.

Maka wajar saja jika warung itu sudah sangat akrab bagi masyarakat Bukittinggi. Setiap hari dari pukul 08.00 sampai 18.00, paling tidak 100 porsi pical seharga Rp 8.000 per porsi habis terjual. ”Saat hari Minggu, hampir sepanjang hari warung ini penuh, karena pical ini enak dinikmati pagi, siang, maupun sore,” kata Iren, sambil menyebut nama-nama orang terkenal yang pernah berkunjung ke warungnya, mulai dari mantan menteri Azwar Anas sampai penyair Taufiq Ismail.

Selain menyajikan pical, Pical Sikai juga menyediakan kudapan khas Minangkabau, yakni lamang tapai. ”Kalau hari Minggu kami juga sediakan lontong sayur. Dulu sebenarnya juga ada bubur kampiun, tetapi sudah kami hentikan, karena repot bikinnya,” imbuh Nelly.

Namun, seiring dengan makin populernya Pical Sikai, keberlangsungan makanan khas ini agak terancam, mengingat dua sayuran utamanya, yakni rebung dan jantung pisang, sudah mulai susah ditemui di pasar. ”Tidak sembarangan rebung dan jantung pisang bisa dipakai. Jantungnya harus dari jenis pisang batu, sementara rebungnya harus rebung yang masih sangat muda,” kata Iren.

Untuk mendapatkan stok sayuran itu, Pical Sikai memiliki pemasok tetap yang membawa rebung dan jantung pisang batu dari desa-desa pedalaman di lereng Gunung Singgalang. ”Sekali datang, ia bawa 20 buah jantung pisang dan sekarung rebung, yang cukup untuk dua hari,” ujar Iren.

Pical Sikai membuktikan, kenikmatan kuliner dari Minang tidak harus diwakili oleh rendang!

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com