Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menyusun Kembali Kejayaan Benteng Wolio

Kompas.com - 24/07/2010, 07:13 WIB

Oleh: Herpin Dewanto

PADA abad ke-16, Kerajaan Gowa, Ternate, Pemerintah Belanda, dan perompak laut ingin menguasai ujung selatan Pulau Buton, Sulawesi Tenggara, karena tempatnya yang strategis dan kaya potensi sumber daya alam. Kesultanan Buton di bawah kepemimpinan Sultan Buton ke-3, La Sangaji, yang menguasai daerah itu pun mendirikan sebuah benteng dari batu gamping untuk pertahanan.

Benteng yang saat ini masih berdiri kokoh di tengah Kota Bau-Bau, Sulawesi Tenggara, tersebut memiliki luas 22,4 hektar dan panjang keliling 2.740 meter. Benteng tersebut memiliki 12 lawa (pintu masuk). Menurut kepercayaan masyarakat setempat, batu-batu gamping itu direkatkan dengan menggunakan putih telur.

Di dalam benteng yang lebih dikenal sebagai Benteng Keraton Wolio tersebut terdapat 624 rumah yang sebagian besar masih berarsitektur khas Kerajaan Buton, yaitu rumah panggung yang dibangun tanpa menggunakan paku besi. Rumah itu dapat dengan mudah dibongkar dan dipasang kembali jika penghuninya hendak pindah. Uniknya, kaki-kaki rumah panggung itu hanya bertumpu pada sebuah batu yang ukurannya hampir sama dengan ukuran kaki rumah.

Sampai saat ini, rumah- rumah tersebut masih dihuni para keturunan masyarakat yang dulu bekerja di Keraton Buton. Menurut salah satu tokoh masyarakat di Benteng Wolio, Ali Arham, pada zaman kerajaan ada dua kelompok masyarakat. Mereka adalah kelompok kaumu (kelompok raja dan lembaga eksekutif) dan kelompok walaka (kelompok orang yang bekerja sebagai dewan legislatif).

"Keraton Buton sejak dulu memang sudah mengenal demokrasi," kata Ali. Para raja dipilih bukan karena faktor keturunan, tetapi berdasarkan kesepakatan masyarakat kaum walaka. Keraton Buton dengan pemerintahan para sultannya bertahan hingga tahun 1960.

Sejarah dan keunikan Benteng Wolio itu pun mendorong Pemerintah Kota Bau-Bau untuk lebih menonjolkan benteng tersebut sebagai aset pariwisata utama. Di setiap brosur dan poster pariwisata, Pemerintah Kota Bau-Bau selalu mencantumkan slogan "Selamat datang di Kota Benteng Terluas di Dunia". Museum Rekor-Dunia Indonesia pun pernah merekomendasikan Benteng Wolio sebagai benteng terluas di dunia.

Kini, Pemerintah Kota Bau-Bau telah melangkah lebih maju untuk menjaga keutuhan benteng tersebut. DPRD dan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bau-Bau sedang merancang peraturan daerah tentang penetapan kawasan Benteng Wolio sebagai kawasan strategis nasional.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bau-Bau Muhammad Djudul mengatakan, tanpa peraturan itu, Benteng Wolio akan mudah sekali rusak. Pembangunan rumah- rumah permanen di dalam benteng tidak dapat dicegah dan akan mengurangi keaslian benteng.

Di antara rumah panggung di dalam benteng tersebut terdapat beberapa rumah permanen yang sama sekali tidak berarsitektur khas Buton. Ada pula rumah panggung yang sebagian eksteriornya tidak lagi menggunakan kayu, tetapi batu bata atau beton.

Nantinya, dengan peraturan daerah tersebut, rumah-rumah permanen akan dibongkar. Para pemilik rumah itu akan mendapat bantuan dana untuk merehabilitasi rumahnya menjadi rumah panggung khas Buton.

"Berbeda dengan benteng pada umumnya di Indonesia, Benteng Wolio dibuat bangsa Indonesia,” kata Djudul. Oleh karena itu, pengawasan dan perlindungan terhadap benteng tersebut seharusnya merupakan tanggung jawab bersama, khususnya masyarakat di dalam benteng.

Pacu perekonomian

Apabila Benteng Wolio menjadi obyek wisata yang banyak dikunjungi wisatawan asing dan domestik, masyarakat di dalam benteng akan banyak diuntungkan. Masyarakat dapat membuka berbagai usaha barang dan jasa yang mendukung sektor pariwisata ini.

La Ode Muhammad Ali Rahim (73), warga di dalam benteng, menyambut gembira upaya pemerintah untuk meningkatkan potensi wisata Benteng Wolio.

"Anak cucu saya bisa membuka usaha di sini, tidak perlu keluar benteng," kata Ali.

Menurut Ali, sebagian besar masyarakat di dalam benteng merantau ke luar daerah. Alasannya, tidak banyak yang bisa dikerjakan untuk mencari uang di dalam benteng. Kehadiran para wisatawan nantinya dapat mendorong masyarakat untuk berbenah dan mencari peluang usaha di dalam benteng.

Djudul mengatakan, keberhasilan pengembangan pariwisata di Benteng Wolio akan memengaruhi perkembangan obyek wisata lainnya.

Di Kota Bau-Bau, ada sejumlah obyek wisata alam dan budaya yang berpotensi dikembangkan.

Misalnya, wisata Pantai Lakeba dan Kokalukuna, Goa Lakasa, dan Moko, serta wisata budaya, seperti Festival Perairan Pulau Makassar yang diadakan pada bulan Juli setiap tahun.

Meski demikian, pertumbuhan jumlah kedatangan wisatawan belum tinggi. Berdasarkan data Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bau-Bau, jumlah wisatawan pada tahun 2008 sebanyak 1.700 orang (asing) dan 129.198 orang (domestik). Pada tahun 2009, jumlah wisatawan sedikit meningkat menjadi 1.891 orang (asing) dan 261.436 orang (domestik).

Untuk menarik wisatawan, Kota Bau-Bau masih memiliki banyak tugas yang harus segera diselesaikan. Hal pokok yang perlu ditingkatkan adalah sarana dan prasarana pendukung pariwisata.

Kota Bau-Bau baru memiliki bandara dengan dua maskapai penerbangan. Pesawat yang digunakan pun masih berukuran kecil dengan kapasitas 30 penumpang. Selain itu, dari 13 hotel yang ada, baru satu hotel yang berstatus bintang, itu pun bintang satu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Dua Bandara di Jateng Tak Lagi Berstatus Internasional, Kunjungan Wisata Tidak Terpengaruh

Dua Bandara di Jateng Tak Lagi Berstatus Internasional, Kunjungan Wisata Tidak Terpengaruh

Travel Update
Batal Liburan, Bisa Refund 100 Persen dari Tiket.com

Batal Liburan, Bisa Refund 100 Persen dari Tiket.com

Travel Update
Emirates Ajak Terbang Anak-anak Autisme, Wujud Layanan kepada Orang Berkebutuhan Khusus

Emirates Ajak Terbang Anak-anak Autisme, Wujud Layanan kepada Orang Berkebutuhan Khusus

Travel Update
Harga Tiket Masuk Terbaru di Scientia Square Park Tangerang

Harga Tiket Masuk Terbaru di Scientia Square Park Tangerang

Jalan Jalan
Ada 16 Aktivitas Seru di Scientia Square Park untuk Anak-anak

Ada 16 Aktivitas Seru di Scientia Square Park untuk Anak-anak

Jalan Jalan
Sungailiat Triathlon 2024 Diikuti 195 Peserta, Renang Tertunda dan 7 Peserta Sempat Dievakuasi

Sungailiat Triathlon 2024 Diikuti 195 Peserta, Renang Tertunda dan 7 Peserta Sempat Dievakuasi

Travel Update
Cara Akses Menuju ke Pendopo Ciherang Sentul

Cara Akses Menuju ke Pendopo Ciherang Sentul

Jalan Jalan
YIA Bandara Internasional Satu-satunya di Jateng-DIY, Diharapkan Ada Rute ke Bangkok

YIA Bandara Internasional Satu-satunya di Jateng-DIY, Diharapkan Ada Rute ke Bangkok

Travel Update
Harga Tiket Masuk dan Menginap di Pendopo Ciherang Sentul Bogor

Harga Tiket Masuk dan Menginap di Pendopo Ciherang Sentul Bogor

Jalan Jalan
Pendopo Ciherang, Restoran Tepi Sungai dengan Penginapan

Pendopo Ciherang, Restoran Tepi Sungai dengan Penginapan

Jalan Jalan
Cara Urus Visa Turis ke Arab Saudi, Lengkapi Syaratnya

Cara Urus Visa Turis ke Arab Saudi, Lengkapi Syaratnya

Travel Update
Pendaki Penyulut 'Flare' di Gunung Andong Terancam Di-'blacklist' Seumur Hidup

Pendaki Penyulut "Flare" di Gunung Andong Terancam Di-"blacklist" Seumur Hidup

Travel Update
10 Tempat Wisata Indoor di Jakarta, Cocok Dikunjungi Saat Cuaca Panas

10 Tempat Wisata Indoor di Jakarta, Cocok Dikunjungi Saat Cuaca Panas

Jalan Jalan
Rute Transportasi Umum dari Cawang ke Aeon Deltamas

Rute Transportasi Umum dari Cawang ke Aeon Deltamas

Travel Tips
Australia Kenalkan Destinasi Wisata Selain Sydney dan Melbourne

Australia Kenalkan Destinasi Wisata Selain Sydney dan Melbourne

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com