Anggota Komisi B DPRD Kabupaten Tapanuli Utara, Sahat Sibarani, mengatakan, ia sudah mendengar ada sosialisasi yang dilakukan di desa sejak bulan lalu.
”Sejauh ini belum ada laporan penolakan sebab di Tapanuli Utara minyak tanah sejak dulu menjadi masalah,” kata Sahat.
Minyak tanah jatah satu bulan sebanyak 705 kiloliter sudah habis hanya dalam waktu dua minggu.
”Di Kecamatan Garoga, misalnya, hanya menerima 10.000 liter dan habis dalam waktu dua minggu,” tutur Sahat.
Menurut Sahat, di pedesaan tidak akan ada masalah sebab warga tetap akan menggunakan kayu bakar untuk memasak meskipun paket tabung dibagikan. Kekhawatiran untuk menggunakan kompor gas karena banyaknya korban ledakan gas yang ada di Jawa juga masih menyelimuti warga.
”Kendalanya nanti adalah kebutuhan minyak tanah untuk penerangan. Sebab, sekitar 10 persen dusun-dusun yang ada di Tapanuli Utara belum tersentuh listrik. Ini masalah yang harus dipecahkan,” kata Sahat.