Tantangan lainnya adalah rencana alih fungsi lapangan menjadi lapangan golf. Namun, menurut Nasir, Gubernur DKI Jakarta Wiyogo Atmodarminto menolaknya. ”Kami pun bisa berlatih dengan tenang,” ujarnya.
Sejak itu aktivitas sepak bola di lapangan ini berdenyut kembali. Dalam dua tahun, empat tim terbentuk. Pelatih pun ditambah. Perlahan, gemblengan para pelatih tersebut membuahkan hasil.
Tiga murid SSB Mutiara Cempaka masuk tim sepak bola DKI Jakarta yang berlaga di turnamen Sister City di Jepang beberapa tahun lalu. Lima anggota tim nasional futsal Indonesia pernah menjadi murid sekolah ini.
Sekarang, sekitar 250 anak, berusia antara 6 tahun dan 20 tahun, berlatih di SSB Mutiara Cempaka. Latihan pun bertambah dari tiga kali sepekan menjadi setiap hari. Namun, ratusan bakat muda tidak bisa bermain ke jenjang yang lebih tinggi.
Penyebabnya, kata Nasir, PSSI tidak menggelar kompetisi kelompok umur secara rutin. Kompetisi jenis ini lebih banyak diadakan oleh swasta.
”Kita ini bejibun pemain berbakat. Naturalisasi itu pilihan terakhir. Pembinaan berjenjang yang perlu dilakukan,” ujar Nasir. Sambil berharap revolusi di tubuh PSSI, mutiara-mutiara di lapangan terus diasah.