Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Batu, Sekelumit Kisah Masa Lalu

Kompas.com - 03/06/2011, 20:17 WIB

Peningkatan suhu udara

Djoko menambahkan, dibandingkan dengan kondisi saat perang kemerdekaan dan setelah Agresi Militer Belanda II, cuaca di Batu secara umum melonjak drastis. Namun, ia mengatakan hal itu tidak memengaruhi tingkat okupansi hotel yang masih sekitar 70 persen.

Bahkan, hingga 10 tahun lalu ia mencatat suhu udara di Batu masih berada pada kisaran 16 derajat celsius. ”Sekarang rata-rata sudah 24 derajat celsius,” katanya sambil melihat termometer air raksa yang menunjuk angka 24.

Perambahan kayu yang tak terkendali di hutan sekitar Batu telah mengakibatkan peningkatan suhu. ”Ya, pada awal masa reformasi itulah perambahan hutan terjadi karena merasa itu kayu rakyat,” ujar Djoko.

Akibat lain bisa ditebak, yakni mulai bergugurannya usaha petani apel malang yang dulu identik dengan Batu. Pusat produksi apel makin bergeser ke Dusun Cangar, Kecamatan Bumiaji, yang berhawa lebih dingin.

Karena itulah Yanis, petani dan pedagang apel di Jalan Raya Selecta, kini lebih memilih untuk tekun berdagang apel dan beragam penganan khas dari apel, seperti dodol dan keripik apel. Pasalnya, biaya produksi tanam apel tak sebanding dengan harga jual apel.

Suhu dingin dan reputasinya sebagai penghasil apel malang kini mulai terkikis dari Batu. Padahal, Bung Karno sungguh terkesan terhadap Selecta, ikon wisata Batu yang sampai sekarang masih memesona itu.

Pada salah satu dinding di kamar nomor 47, Bung Karno meninggalkan tulisan yang dibingkai: Kenang-kenangan pada Selecta tetap hidup dalam ingatan saja. Bukan sadja karena tamasja jang indah, tetapi djuga karena di Selecta itu beberapa putusan penting mengenai perdjoangan Negara telah saja ambil.

Soekarno, Presiden RI. Malang 1/3 ’55.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com