Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mencicipi Aroma Warisan Era Komunis

Kompas.com - 26/08/2011, 18:25 WIB

Dari dua balkon yang ada, setiap pulang kerja bisa menikmati pemandangan aliran sungai Moskwa yang tenang dengan kapalnya yang hilir mudik. Bahkan, semua kegiatan yang ada di Lapangan Merah, seperti parade senjata dan pesta kembang api, bisa ditonton langsung dari jendela dan balkon apartemen. Tidak perlu kedinginan di jalan raya. Saya benar-benar menikmati aroma komunis di zaman kebebasan. Sesuatu yang luar biasa.

Sampai sekarang saya masih tetap setia menempati sebuah gedung bersejarah yang merupakan salah satu dari “The Seven Sisters”, atau masyarakat setempat menyebutnya sebagai “Stalinsky Vysotky” (gedung pencakar langit Stalin) itu. Ketujuh gedung tersebut merupakan warisan arsitektur di masa kejayaan Stalin.

Bangunan bertipe barok, penuh ornamen perjuangan kelas serta berhiaskan tanda palu arit ini bagi sebagian orang Rusia merupakan simbol pendindasan. Tetapi apa pun kontroversialnya saat itu, gedung-gedung tersebut telah menjadi representasi era Soviet di Moskwa modern saat ini.

Berdasarkan sejarah, pasca-Perang Dunia II dan memasuki Perang Dingin, Josev Stalin ingin lebih mengaktualisasikan Soviet sebagai salah satu super power yang tidak ada tandingannya. Salah satu sisi persaingan yang harus dimenangkan melawan para musuhnya saat itu adalah di bidang arsitektur.

Selain itu, Stalin kabarnya akan merasa malu bila orang-orang Barat datang ke Moskwa dan tidak melihat gedung pencakar langit yang merupakan simbol peradaban baru. Oleh karena itu, ia ambil bagian langsung dalam pembangunan gedung-gedung perstisius saat itu.

Menurut Stalin, Moskwa setidaknya harus memiliki 8 gedung pencakar langit modern dengan arstitektur khas yang mampu bersaing dengan gedung-gedung di Amerika ataupun di Eropa Barat seperti Inggris. Roda pembangunan gedung-gedung modern mulai digerakkan pada tahun 1930, baik di Moskwa maupun kota-kota lainnya.

Adapun gedung yang direncanakan menjadi puncak peradaban adalah Palace of Soviets dengan tinggi 415 meter, di pucuknya akan berdiri patung Lenin setinggi 100 meter. Sayang gedung terakhir dan puncak peradaban ini gagal dibuat meskipun telah mengorbankan gedung lain yang sangat bersejarah, Katedral Khram Khrista Spasitelya (gereja putih).

Menurut banyak pengamat, pembangunan gedung bersejarah antara tahun 1933 hingga 1955 lebih banyak diwarnai oleh selera Stalin yang lebih mengedepankan modernitas. Namun sejak Khrushchev naik ke tampuk kekuasaan, konsep arsitektur Stalin dibabat dan diganti dengan kombinasi barok dan gotik. Dua ciri terakhir inilah yang kemudian banyak muncul pada The Seven Sisters yang dikenal sebagai model wedding cake dengan menara runcing di puncaknya.   Gedung terakhir dari the Seven Sisters selesai dibangun pada tahun 1957, atau empat tahun setelah kematian Stalin. Setelah itu, Akademi Arsitek yang diberi tanggungjawab pembangunan dibubarkan dan berakhirlah apa yang disebut era arsitektur ala Stalin. Gedung kedelapan yang direncanakan semula tidak pernah terealisir sampai saat ini.

Adapun tujuh bangunan impian Stalin yang selesai dibangun dan sekarang dipakai untuk berbagai kepentingan yakni Universitas Negeri Moskow (1949-1953), Hotel Ukraina-Radisson (1953-1957), Hotel Leningsradskaya (1949-1952), Kementerian Luar Negeri (1948-1953), Apartemen Kotelnicheskaya (1938-1940), Gedung Bundar Kudrinskaya (1948-1954) serta Gedung Administrasi (1949-1953).

Sebenarnya masih ada dua lagi gedung yang mirip dengan the Seven Sisters yang kemudian sering disebut-sebut sebagai the Eighth Sister. Pertama adalah Palace of Culture and Science di Warsawa, sebagai bagian dari upaya Stalin mengomuniskan Polandia. Kedua, Triumph Palace di Moskwa yang memiliki ketinggian 264 meter. Bahkan di Riga, Latvia, terdapat juga gedung Akademi Ilmu Pengetahuan yang sering dikatagorikan sebagai the Eighth Sister.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com