Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kapel di Antara Tiga Gunung Berapi

Kompas.com - 17/09/2011, 15:45 WIB

Terdapat banyak patung diorama seukuran tubuh manusia karya seniman Teguh Osentrik. Suatu karya seni yang begitu mengagumkan, membawa kita kembali ke masa silam. Saya bergidik ngeri saat melihat diorama ketika Yesus dipaku pada kayu salib, ketabahan jelas terpancar dari wajahnya yang menahan sakit.

Semuanya terasa begitu nyata, seakan saya berada disana pada masa itu. Via Dolorosa memiliki 14 section of cross yang di antaranya menggambarkan saat Yesus dijatuhi hukuman mati, memanggul salib, bertemu Veronika, hingga makamnya.

Beberapa ruas jalan berundak dibatasi pagar yang rapi berlilitkan ijuk hasil buatan tangan pengelola Bukit Doa. Bahan dasarnya pun diambil dari pohon aren yang banyak tumbuh di dalam kawasan.

Perhatian kami teralih dari patung diorama ke rerumpunan bambu. Sebatang bambu besar terlihat bersih seperti habis bercukur, sangat berbeda dengan bambu lainnya yang ramai berhiaskan tunas. Di atasnya, sebuah pesona langka terlihat tenang mengepakkan sayap, menggugah rasa ingin tahu. Kupu-kupu putih, polos tanpa noda.

Daun bambu menjuntai hingga jauh, sebagian membentuk akar serupa sarang burung. Di sisi lain terlihat tanaman palem langka. Cantiknya anggrek hutan dan bebungaan Wallacea dapat dijumpai di berbagai sudut. Gemericik air, kicauan burung dan serangga lainnya menjadi musik pengiring langkah.

Beberapa pekerja terlihat sibuk merawat aset kebun raya tanpa menanggalkan keramahannya. Senyum dan informasi senantiasa siap dibagikan kepada pengunjung. Dulunya berbagai jenis anggrek menghiasi sepanjang Via Dolorosa. Sayangnya tangan jahil pengunjung telah mengusiknya, menyisakan cerita.

Sesudah jalan berundak dapat dijumpai pieta, sebuah bangunan tanpa atap yang bentuknya menyerupai ibu yang sedang merengkuh anaknya. Di dalam pieta terdapat patung diorama Yesus ketika diturunkan dari salib. Terlihat syahdu di antara tanaman rambat yang melekat rapi pada dinding bangunan.

Weerrrrrrrr.... Kepak sayap burung menyambut kami saat memasuki Jesus Tomb. Makam yang terletak d idalam perut bukit ini disebut juga Empty Tomb karena memang kosong, sebagai perlambang kebangkitan Yesus menuju surga. Tepat sebelum terang menggantikan remang terowongan, terlihat langit-langit bertuliskan sebuah ayat dari Injil Yohanes.

Sinar mentari dari luar makam seakan menjadi penuntun menuju Goa Maria yang letaknya tegak lurus dengan pintu makam. Filosofi dibaliknya adalah Maria menjadi penuntun bagi umat menuju terang. Empty Tomb dan Goa Maria dipisahkan oleh jembatan beton selebar dua meter yang dibangun di atas kolam yang cukup luas.

Goa Maria (The Grotto of Mother Mary) memiliki mata air yang tidak pernah kering, sehingga diyakini sebagai air berkat. Sang Perawan Suci berdiri anggun di dalam lengkungan batu, dengan rosario menggantung di tangan kiri.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com