Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menuntaskan Gunung Agung dan Batur

Kompas.com - 08/10/2011, 21:30 WIB

DENPASAR, KOMPAS.com - Tim Ekspedisi Cincin Api Kompas kembali ke Denpasar setelah menyelesaikan rute di Gunung Agung dan Batur, Sabtu (8/10/2011). Tim telah menghabiskan waktu sejak 3 Oktober 2011 untuk mengeksplorasi ruang geologi gunung api aktif dan aspek arkeologi serta mitigasi bencana masyarakat sekitar gunung.

Rute kali ini dibagi dalam tiga tim kecil. Tim pertama melakukan pendakian ke puncak Gunung Agung (3.142 meter) yang memakan waktu selama dua hari dengan jalur dari Pura Besakih di Kabupaten Karangasem. Di gunung ini, tim mengamati kawasan puncak dan kawah yang terakhir meletus pada 1963 dan telah memakan korban tewas lebih dari 1.000 orang.

Tim kedua meliput masalah mitigasi bencana di Kampung Sogra, Desa Sebudi, di Kecamatan Selat, Kabupaten Karangasem. Berbagai cerita saksi hidup korban letusan Gunung Agung mengungkap persoalan mitigasi bencana masyarakat setempat.

"Sistem mitigasi bencana di kawasan Gunung Agung masih lemah, pemerintah setempat belum siap. Sementara banyak permukiman di kawasan rawan bencana tidak tahu-menahu tentang mitigasi," kata A Handoko, anggota tim ekspedisi.

Tim ketiga bergerak bersama ahli geologi, Indyo Pratomo, menjelajahi kaldera Gunung Batur di Kecamatan Kintamani. Tim mengeksplorasi medan lava Gunung Batur mulai dari bentuk kaldera pertama yang terbentuk 29.300 tahun silam hingga kaldera kedua yang terbentuk 29.000 tahun lalu. Lalu kerucut gunung api aktif yang mulai terbentuk 5.000 tahun lalu dan terus tumbuh hingga sekarang.

"Kami menelusuri jejak letusan kaldera yang terbaca melalui singkapan-singkapan di dinding perbukitan di sekitar kaldera hingga radius 10 kilometer dari bibir kaldera," ujar Agung Setyahadi.

Di dasar kaldera Batur, bentang aliran lava dan endapan piroklastik gunung api terlihat aktivitas manusia yang menambang batu dan pasir serta memanfaatkan lahan di dekat Danau Batur untuk bercocok tanam.

Laboratorium geologi

Saat pendakian ke kerucut Gunung Batur, tim menuju ke kawah dan masuk ke terowongan atau goa yang terbentuk oleh aliran lava (lava tunnel). Goa sangat unik karena seluruh dinding terbentuk oleh lava yang membeku.

Saat letusan Gunung Batur, lava meluber melalui salah satu sisi kawah. "Bagian atas lava lebih dulu membeku, namun bagian dalam masih meleleh sehingga membuat rongga, dan sekarang terbentuk goa," kata Indyo.

Di sekitar puncak juga terdapat lapangan fumarol, yaitu uap dan gas yang keluar dari dalam tanah. Aktivitas fumarol seing dimanfaatkan para pendaki dan wisatawan untuk memasak telur.

Dua keunikan Gunung Batur tersebut hanya sebagian kecil jejak geologi di sana. Masih ada jejak lainnya dan berlimpah menjadikan Batur sebagai laboratorium alam yang sangat kaya. Proses pembentukan rupa bumi dapat dipelajari langsung dengan mudah di kawasan tersebut.

"Kawasannya (kaldera Gunung Batur) mudah diakses, kaya sekali dan benar bisa dijadikan laboratorium geologi. Saya sudah usulkan untuk dijadikan geowisata, tapi tidak dihiraukan," ujar Indyo.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Harga Tiket Masuk Terbaru di Scientia Square Park Tangerang

    Harga Tiket Masuk Terbaru di Scientia Square Park Tangerang

    Jalan Jalan
    Ada 16 Aktivitas Seru di Scientia Square Park untuk Anak-anak

    Ada 16 Aktivitas Seru di Scientia Square Park untuk Anak-anak

    Jalan Jalan
    Sungailiat Triathlon 2024 Diikuti 195 Peserta, Renang Tertunda dan 7 Peserta Sempat Dievakuasi

    Sungailiat Triathlon 2024 Diikuti 195 Peserta, Renang Tertunda dan 7 Peserta Sempat Dievakuasi

    Travel Update
    Cara Akses Menuju ke Pendopo Ciherang Sentul

    Cara Akses Menuju ke Pendopo Ciherang Sentul

    Jalan Jalan
    YIA Bandara Internasional Satu-satunya di Jateng-DIY, Diharapkan Ada Rute ke Bangkok

    YIA Bandara Internasional Satu-satunya di Jateng-DIY, Diharapkan Ada Rute ke Bangkok

    Travel Update
    Harga Tiket Masuk dan Menginap di Pendopo Ciherang Sentul Bogor

    Harga Tiket Masuk dan Menginap di Pendopo Ciherang Sentul Bogor

    Jalan Jalan
    Pendopo Ciherang, Restoran Tepi Sungai dengan Penginapan

    Pendopo Ciherang, Restoran Tepi Sungai dengan Penginapan

    Jalan Jalan
    Cara Urus Visa Turis ke Arab Saudi, Lengkapi Syaratnya

    Cara Urus Visa Turis ke Arab Saudi, Lengkapi Syaratnya

    Travel Update
    Pendaki Penyulut 'Flare' di Gunung Andong Terancam Di-'blacklist' Seumur Hidup

    Pendaki Penyulut "Flare" di Gunung Andong Terancam Di-"blacklist" Seumur Hidup

    Travel Update
    10 Tempat Wisata Indoor di Jakarta, Cocok Dikunjungi Saat Cuaca Panas

    10 Tempat Wisata Indoor di Jakarta, Cocok Dikunjungi Saat Cuaca Panas

    Jalan Jalan
    Rute Transportasi Umum dari Cawang ke Aeon Deltamas

    Rute Transportasi Umum dari Cawang ke Aeon Deltamas

    Travel Tips
    Australia Kenalkan Destinasi Wisata Selain Sydney dan Melbourne

    Australia Kenalkan Destinasi Wisata Selain Sydney dan Melbourne

    Travel Update
    Airbnb Hadirkan Keajaiban di Dunia Nyata Melalui Peluncuran Icons

    Airbnb Hadirkan Keajaiban di Dunia Nyata Melalui Peluncuran Icons

    Travel Update
    Australia Siapkan Banyak Resto Halal, Dukung Pariwisata Ramah Muslim

    Australia Siapkan Banyak Resto Halal, Dukung Pariwisata Ramah Muslim

    Travel Update
    Waktu Terbaik Berkunjung ke Vietnam Berdasarkan Musim

    Waktu Terbaik Berkunjung ke Vietnam Berdasarkan Musim

    Travel Tips
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com