Lalu sepanjang lebih dari seminggu, kita diprovokasi, dihibur dan diajak berpikir. Kemudian turut merasakan suatu sensasi hanya karena permainan gambar bergerak dan suara yang meneriakkan pesan cinta sekaligus pertanyaan jika bukan perlawanan akan status quo.
Kita bisa terjebak dalam sebuah serangan teroris di Irak bersama seorang sutradara film dokumenter dalam “20 Ciggarettes”. Bisa juga bersenandung “Pata Pata” atau melongok sejarah perjuangan Afrika Selatan melawan apharteid dengan biduanita legendaris Miriam Makeba dalam “Mama Africa”.
Kemudian jatuh hati dan berharap bisa mengendarai mobil bersama menembus malam dengan karakter Ryan Gosling dalam “Drive”. Lalu terperangah bangga menyaksikan karya tim animator Indonesia sebagai persembahan sutradara Eric Khoo pada artis manga Yoshihiro Tatsumi dalam “Tatsumi”.
Hingga menyelami alam pikir sutradara Iran terkenal, Jafar Panahi yang terkena sanksi larangan membuat film. Tetapi ia tetap memperjuangkan kebebasan berkarya dan berpendapat lewat “This is not a Film”. Kharisma Kaurismäki
Festival film juga menjadi atraksi sosial tersendiri karena kekuatan bintang yang mampu menyedot massa. Seperti halnya Festival Film Sundance yang tak bisa dipisahkan dari nama besar Robert Redford dan Festival Film Tribeca di New York dari Robert de Niro, tahun ini Festival Film International Helsinki berhasil mendatangkan Mika Kaurismäk.
Mika Kaurismäk adalah sutradara terkenal Finlandia. Keluar dari persembunyiannya di Brasil, ia datang untuk mempromosikan film dokumenter terbarunya, Mama Africa.
Ia berhasil membangkitkan kembali arwah diva dari Afrika, Miriam Makeba yang sangat menyihir dan kepribadiannya yang keibuan dan vokal melawan ketidakadilan. Jantung dari film ini terletak dalam pernyataan Makeba, “Saya tidak bernyanyi soal politik, saya bernyanyi soal kebenaran”.
Kharisma dan kerendahan hati Kaurismäki terpancar selama sesi tanya jawab informal dan hangat dengan penonton setelah pemutaran film Mama Africa. Sentuhan budaya Finlandia tetap terasa meski beberapa tema filmnya sangat kental dengan kultur Amerika Latin dan Afrika.
Selain aktif menyelenggarakan Festival Film Midnight Sun berupa festival film yang memutar film non-stop di bawah matahari musim panas yang bersinar sepanjang malam, Mika bersama saudaranya Aki, menjadi duta perfilman yang memperkenalkan Finlandia secara luas kepada dunia.
Tak hanya secara kultural tetapi juga seperti membawa kita berjalan-jalan keliling negeri. Jika berkesempatan, coba berkenalan dan berkeliling berbagai pelosok area di Helsinki secara virtual bersama empat belas karakter yang semuanya bernama Frank dalam film Aki berjudul “Calamari Union”.