Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mendaki Gunung untuk Hidup

Kompas.com - 18/12/2011, 20:57 WIB

Pendakian semakin berat selepas Sungai Padabalong hingga Plawangan Sembalun. Jalurnya terus menanjak tanpa ampun. Rute menuju Plawangan Sembalun terkenal dengan sebutan ”Bukit Penyesalan”.

Namun, menjelang tahun 2000-an, pertanian di kaki Rinjani semakin mundur. Sejak saat itu, banyak warga beralih profesi menjadi porter. ”Saat itu, kami mendapat bayaran Rp 2.500 per hari. Jika dibelanjakan, upah sehari itu bisa mendapat 50 kilogram beras,” kata Marahidun. Upah itu sangat besar waktu itu dibandingkan upah buruh bangunan atau tani yang hanya Rp 200 per hari.

Seiring dengan waktu, jalur pendakian ke Gunung Rinjani semakin populer, khususnya bagi pendaki mancanegara. Puncaknya, pada tahun 2009, jumlah pendaki Rinjani dari luar negeri mencapai 8.455 orang. Adapun jumlah pendaki dalam negeri mencapai 1.668 orang.

Kebutuhan akan porter pun meningkat. Namun, upah sebagai porter jauh lebih kecil dibandingkan tahun 1990-an. Kini, sebagai porter, Marahidun dibayar Rp 100.000 per hari, setara dengan 20 kilogram beras.

”ATM” warga

Meskipun rezeki dari bekerja sebagai porter mengecil, pekerjaan itu tetap menjadi tumpuan. Upah porter jauh lebih besar dibandingkan upah tukang ojek, yang rata-rata mendapat Rp 30.000 per hari, atau buruh tani, yang mendapat Rp 15.000 per hari.

Pertanian makin tidak menjanjikan. ”Kalau ditanami malah rugi,” kata Syaifudin.

”ATM (anjungan tunai mandiri) kami, ya, di gunung ini,” ujar Rahidun (22). Rahidun kembali ke Sembalun dan menjadi porter pada awal 2011 setelah merantau selama delapan tahun di Sabah, Malaysia.

Kini, warga Rinjani mendaki gunung untuk hidup. ”Kalau tak ada Rinjani, kami tak bisa makan sekarang,” kata Syaifudin.

Namun, jadi porter pun mengenal musim. Selama Desember hingga Januari, jalur pendakian di Rinjani ditutup karena memasuki musim hujan dan badai. Pada bulan-bulan itu, para porter biasa memilih bekerja sebagai buruh migran di Malaysia. Tak terkecuali Syaifudin yang berancang-ancang ke Malaysia begitu turun dari Rinjani. ”Uang bayaran ini akan saya pakai untuk bayar tekong yang bisa bawa bekerja di Malaysia,” katanya. ”Bulan-bulan ke depan, ATM kami di gunung ditutup.”

(Indira Permanasari/Cornelius Helmy Herlambang)

Ikuti perkembangan Ekpedisi Cincin Api di: www.cincinapi.com atau melalui facebook: ekspedisikompas atau twitter: @ekspedisikompas

 
Lihat Ekspedisi Cincin Api - Rinjani di peta yang lebih besar

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com