PEDESAAN Australia Barat menyambut dengan ladang lavender, perkebunan anggur, hingga pantai tempat mampir lumba-lumba liar. Ada yang menyebutnya sepotong surga. Ada pula yang menyebutnya kedamaian yang membius. Lebih dari itu, kekayaan hayati menjadi salah satu aset yang menggerakkan ekonomi masyarakat Australia Barat.
”Kedamaian yang membius,” kata Karma, pemandu wisata di mercusuar Tanjung Naturaliste di ujung Taman Nasional Leeuwin-Naturaliste yang berada di pesisir pantai Australia Barat.
Tak ada kata yang lebih tepat untuk menggambarkan ketenangan di sana. Berada di puncak menara setinggi 123 meter di atas permukaan laut itu, hanya ada biru langit dan laut membentang dibalut kesunyian.
Sesekali, angin musim panas menderu kencang. ”Berada di sini terasa begitu lepas dari keramaian dunia. Hanya ada kedamaian yang begitu tenang,” kata Karma kepada rombongan wartawan Indonesia dalam tur yang diselenggarakan Tourism Western Australia dan Singapore Airlines, Desember lalu.
Perempuan setengah baya itu telah menghabiskan bertahun-tahun hidupnya memandu wisata dan menjaga mercusuar yang telah beroperasi sejak 1903. Karena kekayaan alamnya, kawasan itu dihuni suku Aborigin sejak ribuan tahun lalu. Sisa-sisa peradaban mereka terekam pada lukisan-lukisan tangan di dinding goa kapur yang banyak tersebar di taman nasional tersebut.
Menurut Karma, kekayaan flora dan fauna pesisir Australia Barat juga menarik para peneliti dan penjelajah dari Barat. Tahun 1801, Napoleon Bonaparte mengirim kapal bernama Naturaliste untuk mengumpulkan spesimen flora dan fauna dari sana. Nama itu melekat hingga kini.
Tanjung Naturaliste masih menarik banyak orang hingga sekarang. Daerah ini merupakan salah satu tempat menyaksikan migrasi paus. Pada April-Agustus, keluarga paus bungkuk dan biru melintasi pesisir Australia Barat dalam perjalanan tahunannya.
Wisata migrasi paus dirancang tak mengganggu proses alami migrasi. Para wisatawan hanya ditempatkan sebagai penonton dari kejauhan. Konsep ini jauh berbeda dengan kebun binatang atau taman margasatwa di mana hewan liar dikondisikan sebagai tontonan manusia.
Tak hanya paus, pesisir pantai Geographe Bay, Australia Barat, itu juga menjadi habitat lumba-lumba liar. Lumba-lumba liar tersebut kerap mampir ke kanal-kanal di kota wisata Mandurah yang memang terbuka ke laut lepas. Sepasang lumba-lumba liar terlihat mengiringi kapal wisata yang ditumpangi rombongan wartawan Indonesia.
”Di Mandurah terdata sekitar 74 lumba-lumba liar. Mereka sangat suka mengiringi kapal dan bermain-main dengan arus di sekitarnya,” kata Heidi, salah satu pemandu kapal wisata.