Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Laut dan Karang bak Saudara "Dikatutuang"

Kompas.com - 20/04/2012, 08:36 WIB

Penyadaran

Warga Bajo sekarang banyak bekerja sama dengan aparat keamanan dengan melaporkan saat ada nelayan yang menggunakan bom atau membius. ”Sekarang ini penangkapan ikan dengan bom dan pembiusan hanya dilakukan oleh nelayan dari luar Wakatobi,” tambahnya.

Hal itu tak lepas dari gencarnya upaya sosialisasi yang dilakukan Taman Nasional Wakatobi bersama WWF dengan dibantu tokoh masyarakat Bajo.

”Mereka yang menangkap ikan dengan bom atau membius itu karena ketidaktahuan akan dampak negatif yang ditimbulkan. Setelah disosialisasikan secara intensif, masyarakat bisa memahami dan tidak lagi melakukan praktik tersebut,” kata Sugyanta.

Penyadaran masyarakat ini didukung pula penegakan hukum dan patroli intensif yang dilakukan petugas taman nasional sehingga mencegah praktik ilegal itu terulang.

Ketua Kerukunan Keluarga Bajo Indonesia Abdul Manan mengatakan, masyarakat Bajo menganut filosofi bahwa laut adalah saudara mereka. Dengan filosofi yang diwariskan leluhur itu, tidaklah sulit untuk mengajak warga Bajo menjaga dan menyayangi ”saudara” mereka tersebut.

Masyarakat Bajo juga mengenal beberapa penyakit yang dianggap berhubungan dengan alam gaib laut. Metode pengobatannya dilakukan dengan ritual khusus di laut.

”Ada sakit yang disebut tuli, salah satu cirinya seperti sendawa yang tertahan. Itu tandanya ’kawan’ di laut meminta perhatian,” kata Gafur, seorang warga.

Kegiatan melaut dibagi dalam empat kategori, yakni palilibu (melaut jarak dekat dalam sehari), pongka (melaut agak jauh dengan waktu 1-2 minggu), sakai (melaut jauh dengan lama waktu minimal sebulan), dan lama (melaut sangat jauh hingga berbulan-bulan dan biasanya melintasi negeri asing).

Pranata tersebut membuat masyarakat Bajo sulit dipisahkan dengan laut. Pada tahun 1970-an, Pemerintah Orde Baru berupaya memukimkan warga Bajo di daratan di wilayah Kendari. Namun, program itu gagal karena warga merasa tidak cocok dan kembali lagi ke laut.

Hidup mereka selamanya lekat dengan laut. Situasi dipertahankan sepanjang bulu burung gagak masih berwarna hitam....

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com