Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Segelintir Dokter Setia Bertugas di Tengah Rimba

Kompas.com - 29/06/2012, 08:26 WIB

Otto Parorrongan, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Papua Barat, mengatakan, dedikasi seperti yang ditunjukkan Wayan sudah langka. Umumnya tenaga medis—bahkan yang sudah diangkat menjadi pegawai negeri pun—enggan bertugas di pedalaman karena alasan cuaca dan fasilitas.

Pihaknya cukup terbantu dengan kebijakan Kementerian Kesehatan yang menempatkan dokter pegawai tidak tetap (PTT) tiga kali setahun: April, Juni, dan September. Dalam setahun terakhir, masa tugas itu diperlama dari enam bulan menjadi setahun dan dapat diperpanjang lagi sesuai dengan permintaan.

April lalu, Papua Barat mendapatkan 51 tenaga dokter umum PTT yang disebar ke sembilan kabupaten dan satu kota. Mereka mengisi puskesmas-puskesmas di kota dan pedalaman. Dengan penempatan itu, kini puskesmas yang terisi sudah 90 persen dari total 126 puskesmas di Papua Barat.

Kondisi Provinsi Papua yang jauh lebih dulu berdiri daripada Provinsi Papua Barat tidak lebih baik. Banyak puskesmas tak terisi dokter. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Papua Josef Rinta mengakui hal itu. Sebesar 40 persen dari 314 puskesmas tidak dilengkapi dokter dan di hampir separuh pondok bersalin kampung yang berjumlah 497 tak ada bidan.

Salah satu masalah yang dihadapi adalah masa kontrak dokter PTT di daerah terlalu singkat. Masa kontrak berlaku paling lama setahun. Beruntung masih ada beberapa dokter, seperti Yuyun Simanjuntak, yang setia mengabdikan diri di Puskesmas Assolokobal, Kabupaten Jayawijaya.

Setiap minggu, bersama dengan beberapa perawat dan mantri kesehatan, ia berkeliling ke kampung-kampung memberikan pelayanan kesehatan. Meski harus bersusah payah berjalan kaki menapaki lereng pegunungan di sekitar Lembah Balim, dokter lulusan Universitas Sriwijaya Palembang itu tak surut melangkah.

Di Boven Digoel juga ditemukan dokter yang berdedikasi tulus kepada sesama. Dia adalah Gensya Prangomo Damanik (28) yang telah dua tahun bertugas di daerah perbatasan RI-Papua Niugini itu. Sejak pertama bertugas sebagai dokter PTT di Puskesmas Waropko, pedalaman Boven Digoel, tahun 2010, lulusan Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jakarta itu terpikat oleh Papua.

Meskipun telah ditawari bekerja di unit gawat darurat sebuah rumah sakit swasta di Jakarta, dia tetap memilih Boven Digoel sebagai tempat pengabdian. Di daerah perbatasan RI-Papua Niugini itulah Gensya dan dokter muda seangkatannya, seperti Trinengsih, Ansye, dan Evelyn, menunjukkan kesetiaan mengabdi kepada sesama di tepi hutan belantara. (B JOSIE S HARDIANTO/ NASRULLAH NARA)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com