Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Durian Tak Bisa Bohong

Kompas.com - 16/12/2012, 03:03 WIB

Sarie Febriane dan Mawar Kusuma

Durian seperti tengah benar-benar runtuh di Jakarta, kota berjuluk ”The Big Durian” itu. Gairah menikmati durian terasa di mana-mana, terutama durian lokal. Mari kita coba....

Jakarta memang cocok dinamai ”The Big Durian”, seperti yang ditulis Daniel Ziv dalam bukunya, Jakarta Inside Out. Jakarta dan durian berkarakter serupa. Berduri, keras, dan beraroma menyengat, tetapi menjanjikan kelembutan dan kelegitan tiada tara. Keduanya pun bisa membuat orang amat mencintainya atau malah amat membencinya.

Apa yang paling menggembirakan saat musim durian tiba? Tak lain ialah meningkatnya volume pasokan durian lokal dari beberapa daerah penghasil ke Jakarta dan sekitarnya. Selain bisa dinikmati langsung buahnya, durian lokal pun bisa bertransformasi menjadi aneka kudapan dan racikan minuman. Lantas, mengapa harus durian lokal? Coba kita simak kredo yang dipegang pebisnis kuliner berbasis durian berikut ini.

Mari singgah di kedai sederhana bernama Sop Durian Margando, di Jalan Margonda Raya, Depok, Jawa Barat. Sejak berdiri tahun 2010, kedai mungil ini selalu riuh pengunjung. Seperti Kamis (13/12) siang lalu, orang menikmati aneka racikan es durian sambil duduk di bangku di trotoar jalan yang tengah diperbaiki. Beberapa pengunjung bahkan rela berdiri. Apa rahasianya?

”Rahasianya pakai durian lokal. Kami terutama pakai durian dari Lahat, Sumatera Selatan. Rasa enggak bisa bohong. Lebih legit. Kami pernah kehabisan stok dan kesulitan mendapatkan pasokan durian lokal. Akhirnya, tutup dulu tiga minggu,” cerita Gendra (28), pemilik kedai.

Racikan es durian kreasi Gendra cukup beragam, mulai dari padu padan dengan ketan, roti, hingga kelapa. Racikan itu kemudian dikucuri susu kental manis, es batu, dan parutan keju. Tabrakan rasa antara manis legit durian lokal dan asin dari keju rupanya bisa diterima lidah dengan baik.

”Dibandingkan durian monthong, jelas durian lokal lebih enak. Legitnya enggak ada yang ngalahin deh,” ujar Seranita (24), pelanggan Sop Durian Margando.

Kue serba durian

Demikian pula di Ulliko. Toko kue serba durian yang berdiri sejak 1999 ini konsisten menggunakan bahan baku durian lokal, terutama dari Sumatera Utara. ”Jelas, durian lokal lebih enak. Rasa enggak bisa bohong. Durian impor macam monthong dari Thailand cuma menang tebal, tetapi enggak punya rasa legit seperti durian lokal,” kata Yohannes, pendiri Ulliko.

Pilihan Yohannes adalah kredo yang tak bisa diganggu gugat. Padahal, memperoleh pasokan durian lokal terus-menerus jauh lebih sulit ketimbang memperoleh durian impor. Durian impor, seperti dari Thailand dan Malaysia, lebih mudah diperoleh karena senantiasa membanjiri pasaran di kota, seperti Jakarta, tanpa mengenal musim. Harganya pun di kisaran yang sama dengan durian lokal.

”Sayang ya, seandainya saja pemerintah bisa lebih serius membantu distribusi durian lokal dan membatasi durian impor. Kita seperti enggak punya buah unggulan,” ujar Yohannes.

Menurut Yohannes, kue yang berbahan durian lokal lebih kuat intensitas rasanya ketimbang kue berbahan durian impor. Ini berkat karakter legit durian lokal yang tidak dimiliki durian impor mana pun. ”Orang sekarang lidahnya sudah pada pintar, enggak bisa dibohongilah. Saya enggak mau pakai durian impor, apalagi esens durian,” kata Yohannes.

Ragam kudapan dari durian di Ulliko, yang hadir di kawasan Kelapa Gading dan supermarket Food Hall, cukup fantastis. Sebut saja, mulai dari dadar gulung, pancake, sus, serabi, talam, pie, risoles, bolu gulung, sampai puding durian. Minumannya pun mengejutkan, jus durian kopi dan hot coffee durian.

Hot coffee durian berupa secangkir kopi saring jenis robusta dari Lampung yang dicemplungi sebongkah daging durian. Saat kopi panas yang pekat itu diseruput, kenang rasa (after taste) yang tertinggal adalah rasa durian. Sementara jus durian kopi memberikan sensasi rasa sebaliknya. Saat jus disedot, rasa pekat durian tampil lebih dahulu baru diikuti kenang rasa dari kopi. Wow...!

Semua senang

Bukan hanya pebisnis kuliner yang bahagia pada musim durian. Pengepul durian dari daerah penghasil pun keruntuhan rezeki. Gerut Harmudin (28), pengepul durian dari Lahat, Sumatera Selatan, misalnya.

”Mulai masuk musim durian, setiap hari bolak-balik Lahat-Jakarta. Tadi di kapal, ada 30-an mobil bak begini yang angkut durian. Bayangin, kalau satu mobil bawa seribu durian seperti saya, tadi sekali jalan ada 30.000 butir durian masuk Jakarta,” cerita Harmudin, yang mengaku memperoleh pendapatan bersih Rp 2 juta, setiap kali pengiriman.

Berkat pasokan dari pengepul seperti Gerut, pada musim durian ini warga Jakarta lebih mudah menikmati langsung buah durian lokal di berbagai sudut kota.

Jika Anda pencinta durian medan yang legit, berarak, berbiji besar, dan kadang ada sentilan rasa pahit, datanglah ke Jalan Mangga Besar Raya di Jakarta Barat. Ada sekitar 20 lapak pedagang durian, salah satunya lapak Alex di dekat kelenteng, yang khusus menjual durian medan. Harganya bervariasi, tergantung dari ukuran, mulai dari Rp 30.000 hingga Rp 60.000 per butir. Di kartu nama Durian Medan Alex, bahkan, tercantum jasa pesan antar.

Abun, salah seorang rekan bisnis lapak Durian Medan Alex, bercerita, kini saban hari mendapat pasokan buah durian dari Sumatera Utara melalui jasa pengiriman kargo suatu maskapai penerbangan. Pasokan yang diperolehnya sekitar 10 dus yang setiap dus berisi 20 butir durian. ”Penggemar fanatik durian medan enggak akan mau dikasih monthong,” kata Abun.

Sementara jika Anda penggemar durian petruk, datanglah ke kawasan Kalibata di Jakarta Selatan. Di dekat Taman Makam Pahlawan Kalibata berjejer pedagang durian yang di antaranya menjual durian jenis petruk. Lebih dari tiga generasi, para pedagang durian di Kalibata setia menjual durian petruk. ”Petruk Kalibata dikenal sebagai durian mahal. Biarpun mahal, tetap dibeli karena pasti enak,” kata Parno, penjual durian petruk.

Tergila-gila

Nikmatnya durian lokal pun dibuktikan oleh Frederick Guerlava, ekspatriat asal Perancis yang tinggal di Jakarta. ”Yang sudah mengerti rasa durian lokal, pasti suka. Rasanya enak. Saya hanya butuh tiga bulan untuk mencoba dan belajar menyukai durian, persepsi rasa bisa beda. Awalnya berasa bawang,” kata Frederick merangkum pengalamannya dengan durian.

Jika tak puas dengan varian durian lokal di Jakarta, Frederick bahkan rela berkendara mobil hingga empat jam lebih dari Jakarta menuju Subang, Jawa Barat. Ini demi berburu durian jatuhan yang bisa disantap langsung di bawah pohonnya di Kebun Percobaan Subang.

Bersama rekan-rekannya sesama pencinta durian yang tergabung dalam Komunitas Maniak Durian, Frederick mengamati buah durian lokal jenis si lodong, lae mas, kim, imenak, cijambe, hingga kirik yang bergelantungan di pohon. Ia lantas mencomot sebuah durian, mencicipinya, dan langsung tersenyum senang.

Begitu tergila-gilanya dengan durian, penggemar durian asal Jakarta, Unan Rimba, sampai membuat sendiri kebun aneka durian lokal di Pulau Bangka. Ia menanam lebih dari 30 pohon durian, mulai dari durian raja udang, durian rinbud asal Kalimantan Barat, hingga durian tembaga asli Bangka.

Jika suatu saat nanti pohon itu berbuah, Unan hanya perlu terbang Jakarta-Bangka untuk mencicip durian kesayangan. ”Untuk konsumsi pribadi. durian yang enak susah dicari di pasaran, selalu sudah habis di ladang,” kata Unan.

Untuk mencicipi durian lokal enak, penggemar durian Jakarta memang harus pintar-pintar bersiasat. Mereka, antara lain, bergabung dengan komunitas pencinta durian yang memiliki kedekatan relasi dengan petani durian lokal seperti yang terjadi di Komunitas Maniak Durian.

Bertemu durian enak juga membuat pencinta durian seperti Jenner kalap. Ketika berkunjung ke Medan, Sumatera Utara, ia sampai keblabasan membeli durian hingga dua kontainer berisi 30 butir seharga total Rp 2 juta. ”Mumpung enak dan murah, sampai di Jakarta langsung dibagi-bagi,” ujarnya.

Begitu memang, rasa enak durian benar-benar tidak bisa dipalsukan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com