Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bayi "Merpati" Meninggal karena Prematur dan Telat Masuk Inkubator

Kompas.com - 09/01/2013, 01:30 WIB

MAKASSAR, KOMPAS.com — Bayi perempuan yang lahir di dalam penerbangan pesawat Merpati Nusantara Airlines dengan rute Timika-Makassar pada Minggu (6/1/2012) meninggal dunia karena kondisi yang terlalu lemah.

"Keadaan bayi itu waktu datang sudah lemah dengan suhu badannya 34,9 derajat Celsius, sementara suhu yang normal adalah 36-37 derajat Celcius," ujar dokter spesialis anak RS Ibu dan Anak Catherina Booth, Robert J Taufan SpA, di Makassar, Selasa (8/1/2013).

Ia mengatakan, bayi itu meninggal akibat lahir secara prematur dan ketika dibawa ke RS Ibu dan Anak Catherina Booth kondisinya sudah sangat lemah. Paru-parunya belum bekerja secara normal.

"Bayi itu diantar ke rumah sakit pada hari Minggu sekitar pukul 22.30 Wita. Bayi ini rujukan dari Rumah Sakit Umum Daya," katanya.

Menurut dokter Robert, anak yang lahir prematur harus dipanasi ketika baru lahir dan dihangatkan terus, tetapi hal ini terlambat dilakukan. Bayi itu terus mengalami penurunan daya tahan tubuh meskipun semua tim medis yang merawatnya sudah berupaya keras.

Dokter Robert mengaku sudah memberikan pelayanan yang prima dan berusaha semaksimal untuk menyelamatkan bayi prematur itu, tetapi tidak bisa bertahan lama.

"Bayi ini sempat tidak bernapas pukul 19.00 Wita, namun kembali normal lagi. Tapi, pada Senin pukul 22.30 Wita, akhirnya bayi itu tidak dapat lagi diselamatkan," ucapnya.

Dia menambahkan, kasus bayi yang lahir prematur jumlahnya cukup banyak, tetapi berbeda-beda juga kondisinya. Idealnya bayi yang lahir prematur harusnya langsung masuk inkubator.

"Bayi ini lahir di pesawat, kondisinya dingin biarpun dipakaikan sarung berlapis-lapis, tapi mukanya tetap terbuka. Berat bayi waktu lahir 1.800 gram, walaupun tidak normal, tapi tetap bagus," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com