Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pulang Kantor Langsung Pelesir ke Bukittinggi

Kompas.com - 27/09/2013, 13:12 WIB
Fitri Prawitasari

Penulis

Namun sekarang goa telah menjadi salah satu lokasi wisata dengan memiliki penerangan di sudut-sudut dalam goa. Untuk menjelajah kedalaman goa, di sana telah siap pemandu wisata yang mengantar. Namun dikenakan tarif, sekitar Rp 50.000 untuk sekali berkeliling.

Kelar menelusuri kedalaman goa, selagi hari masih siang, sempatkan untuk wisata kuliner. Berada di ranah minang, rasanya kurang lengkap tanpa mencicip kuliner pedas. Pergilah mencari santapan Gulai Itik Hijau ternama di Bukittinggi.

Sembari bersantap jangan lupa ditemani dengan panorama ngarai. Rumah Makan Lansano Jaya bisa menjadi pilihan. Di tempat ini menawarkan panorama luar ruangan (outdoor) dengan ditemani tebing-tebing ngarai.

Setelah merasa kenyang perut juga mata melihat keindahan ngarai, selanjutnya adalah menengok rumah kelahiran proklamator, Bung Hatta.

Rumah kayu di pinggir Jalan Soekarno Hatta tersebut terlihat sangat sederhana. Rumah yang pernah ditinggali Bung Hatta selama 11 tahun itu kini resmi menjadi museum yang bisa dikunjungi setiap hari.

Di dalamnya perabot rumah terawat bersih. Di dindingnya, terpajang foto-foto Bung Hatta dan keluarganya , juga dokumen dan surat-surat tulisan beliau. Salah satu kamar yang ada, di sanalah Bung Hatta dilahirkan. Kamar luas dengan ranjang ukuran besar beratap, meja rias dan dinding anyaman bambu.

Nama Bung Hatta seperti sebuah ikon bagi Bukittinggi. Ibaratnya, ia adalah saudagar yang memiliki kota. Segala hal yang terkait dengannya menjadi tujuan wisata. Tak hanya rumah, ia pun punya istana.

Istana Bung Hatta terletak di depan Pasar Ateh, pelataran Jam Gadang. Setelah proklamasi kemerdekaan, gedung ini sempat menjadi Istana Wakil Presiden. Bentuk bangunan masih bernuansa kolonial dengan memiliki halaman luas.

WARTA KOTA/ANGGA BHAGYA NUGRAHA Suasana panorama obyek wisata Janjang Koto Gadang di Kota Bukittinggi, Sumatera Barat, Sabtu (1/6/2013). Janjang Koto Gadang atau Tangga
Jika hari ini masih memiliki waktu menjelajahi Kota Bukittinggi, rute yang bisa dicoba selanjutnya adalah Tembok China ala Koto Gadang. Janjang Koto Gadang atau yang dulu disebut Jenjang 1000 bentuknya memang menyerupai Tembok Besar China.

Maka tak heran jika banyak orang yang menyebut sebagai Great Wall-nya Indonesia. Jika ingin menelusuri janjang, siapkan saja stamina dan atur napas agar tidak ngos-ngosan setelah menapaki anak tangga.

MINGGU

Hari terakhir di Bukittinggi kurang lengkap tanpa berburu buah tangan. Tak perlu sulit-sulit mencari oleh-oleh khas. Beli saja replika Jam Gadang yang berada di Pasar Ateh.

Banyak pedagang menjual replika jam dengan berbagai jenis. Ada yang besar terbuat dari kayu yang diukir serta ada pula yang berbentuk gantungan kunci  kecil-kecil. Pedagang yang menjual replika jam, tak mematok harga tinggi. Bahkan jika Anda pandai menawar, bisa saja mendapat harga sangat miring.

KOMPAS.COM/FITRI PRAWITASARI Replika Jam Gadang yang dijual di Pasar Ateh, Bukittinggi, Sumatera Barat.
Menghabiskan akhir pekan berwisata di Bukittinggi memang terasa lengkap. Selain memanjakan mata menikmati alam, juga membangkitkan nasionalisme dengan berwisata sejarah.

Liburan memang kurang rasanya jika hanya memanfaatkan akhir pekan. Meski demikian, setidaknya telah berusaha memanfaatkan momen tersebut untuk "kabur" dari kepenatan tugas harian.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com