Waktu bergulir. Bergeser pada masa kini, Sawahlunto memang masih dikaitkan dengan tambang. Namun bukan untuk dieksplor melainkan dijadikan wisata tambang. Sebut saja Lubang Mbah Suro, terowongan bekas tambang batu bara yang dijadikan tempat wisata "wajib" saat menyambangi Sawahlunto.
Kota Sawahlunto pun sangat damai. Kendaraan lalu lalang tak terlalu ramai. Bangunan yang ada didominasi gedung-gedung kuno peninggalan kolonial Belanda. Berdiam di kota ini seperti terlempar mundur ke beberapa abad silam.
Ketenangan kota yang ditawarkan, rasanya pantas jika memilih Sawahlunto sebagai lokasi "ngabur" dari kepenatan aktifitas harian. Tak perlu berlama-lama, waktu akhir pekan bisa dimanfaatkan.
Sawahlunto ditempuh sekitar dua setengah jam dari Padang melalui jalur darat. Sementara jika Anda tinggal di luar Sumatera, Anda harus terlebih dahulu mencari penerbangan menuju Bandara Internasional Minangkabau (BIM) di Padang.
JUMAT
Disarankan untuk memilih penerbangan sore hari menuju Padang. Tujuannya agar tidak terlalu malam meneruskan perjalanan ke sawahlunto. Sesampainya di sana, langsung saja menuju penginapan. Memang belum banyak hotel yang dibangun di sini, tetapi telah banyak homestay yang dikelola oleh penduduk.
Salah satu penginapan paling ternama ada di Kawasan Kota Lama yakni Hotel Ombilin. Hotel kelas melati tersebut masih beragaya ala kolonial. Bangunan hotel masuk sebagai warisan cagar budaya yang dilindungi pemerintah daerah.
SABTU
Bangunlah lebih awal menikmati matahari pagi Sawahlunto. Tak jauh dari Hotel Ombilin, ada puncak bukit yang memajang simbol kota. Tulisan "Sawahlunto" dalam huruf kapital mengingatkan penanda "Hollywood" di Amerika Serikat.
Anda bebas memilih museum mana yang terlebih dahulu dikunjungi. Ada Lubang Mbah Suro, Museum Gudang Ransoem dan Museum Kereta Api.
Lubang Mbah Suro merupakan terowongan bekas tambang batu bara. Dahulu, di sini merupakan tempat orang rantai, yakni sebutan bagi para pekerja tambang. Di depan lubang mbah suro, ada pusat informasi mengenai sejarah kota dan orang rantai.
Setelah menilik lubang, yang menarik adalah Anda akan diberi cendera mata berupa sertifikat. Sertifikat sebagai kenang-kenangan sebagai penanda Anda pernah berkunjung ke sana.
Setelah itu, sempatkan untuk ke Museum Kereta Api. Di museum ini, tersimpan kereta api yang menjadi saksi sejarah juga pelaku kegiatan tambang pada masa silam. Mak Itam, nama ini begitu termasyur di telinga sebagian masyarakat Minang.
Beberapa tahun lalu, Mak Itam masih melayani rute kereta wisata. Namun sekarang tidak lagi. Mak Itam telah menempati ruang khusus di Museum Kereta Api ini.
Anda akan menemukan mulai dari periuk, tungku pembakaran hingga contoh menu makanan yang disajikan pada masa itu. Museum terdiri dari beberapa bangunan. Terlihat telah banyak pemugaran yang dilakukan dari bangunan aslinya. Jika Anda datang sedang pada acara tertentu di kota, maka Anda bisa melihat penjaga museum mengenakan kostum khusus seperti noni Belanda.
Karena waktu Anda hanya sebentar di kota ini, Anda tidak bisa memaksa diri untuk mengunjungi semua tempat wisata. Pilihlah saja salah satu dari tempat wisata yang ada.
MINGGU
Waktu menenangkan diri di Sawahlunto semakin habis. Hari Minggu menjadi waktu pulang ke tempat asal. Sebelumnya, jangan lupa untuk mencari buah tangan. Sehabis mengunjungi kota tambang batu bara, tak lengkap untuk tak membawa buah tangan dari batu bara.
Tak jauh dari Hotel Ombilin, ada sebuah gerai yang menjual kerajinan dari batu bara. Gerai kerajinan batu bara milik Esmanto. Ia membuat pahatan berupa asbak, patung, hingga papan nama yang dibuat dari batu bara.
Jika Anda beruntung, Anda bisa langsung membeli kerajinan batu bara yang terpajang di etalase. Namun ada baiknya jika Anda memesannya terlebih dahulu. Karena kebanyakan barang yang dipajang sudah ada pemiliknya alias sudah dipesan.