Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 18/10/2013, 19:48 WIB
Wisnubrata

Penulis

Sumber KOMPAS

Oleh: NASRULLAH NARA/M FINAL DAENG  

MENELUSURI Pulau Sulawesi muncul kesan kuat yang tercetak dalam ingatan, yakni kemaritiman. Kehidupan masyarakat yang lekat dengan perairan sejak berabad-abad lampau telah melahirkan kota- kota berikut bandar niaga. Dalam negara yang bercorak kepulauan, kemaritiman itu tereduksi lalu menyisakan galau di simpang jalan.

Di wilayah selatan dan tenggara, situasi itu terwakili oleh jejak Kerajaan Makassar, Bone, Luwu, dan Buton. Di bagian barat terwakili oleh Kerajaan Mandar Balanipa. Adapun di utara diwakili oleh Kerajaan Manado (mencakup Minahasa dan sekitarnya).

Hadirnya bandar niaga di pesisir Sulawesi merupakan muara mobilitas manusia dan muara distribusi hasil bumi wilayah pedalaman melalui sungai. Didukung kecakapan membuat armada jadilah interaksi antarmanusia menempatkan laut dan sungai sebagai infrastruktur.

Misi penelusuran Kompas kali ini tidak semata berfokus pada jejak masa lampau, tetapi juga pada konteks kekinian untuk meneropong masa depan. Temuan jejak masa lampau menjadi cermin untuk mengupas proses transformasi yang tengah berlangsung, termasuk berkembangnya varian barang perniagaan dari semata hasil bumi menjadi produk olahan industri. Dinamika itu membawa bangsa ini berperan pada skala domestik dan internasional, termasuk berkaca untuk menyongsong era pasar bebas.

Perniagaan laut

KOMPAS IMAGES/KRISTIANTO PURNOMO Warga mengunjungi lokasi wisata Pantai Losari, Senin (2/7/2012). Pantai yang terletak di sebelah barat Kota Makassar, Sulawesi Selatan ini menjadi tempat bagi warga untuk menghabiskan waktu pada pagi, sore dan malam hari menikmati pemandangan yang indah.

Makassar menancapkan kuku kemaritimannya pada masa Kerajaan Gowa-Tallo di awal abad ke-16. Adalah Raja Gowa IX Karaeng Tumapa ”risi” Kallona, yang memerintah pada 1510-1546, yang pertama kali mengeksploitasi potensi perniagaan laut Makassar.

Pada abad ke-17, Kerajaan Makassar bahkan telah menelurkan hukum laut bernama Amanna Gappa. Sistem hukum ini tak hanya menjamin kebebasan berniaga di laut, tetapi juga mengatur sejumlah hak dan kewajiban pemilik kapal dan anak buah kapal, berikut struktur organisasi pelayaran.

Sebelumnya, kerajaan itu hanya berfokus pada kegiatan agraris. Sejarawan Universitas Hasanuddin, Edward L Poelinggomang, mengatakan, dari aktivitas kemaritiman itulah Makassar tumbuh menjadi kerajaan besar dan memperluas wilayahnya hingga mencakup hampir seluruh Sulawesi Selatan.

Dalam bukunya, Makassar Abad XIX: Studi tentang Kebijakan Perdagangan Maritim (2002), Edward memaparkan, Makassar membuka diri untuk aktivitas perniagaan segala bangsa dengan sistem perdagangan bebas. Berbagai komoditas diperjualbelikan di pelabuhan Makassar, seperti beras, kayu hitam, cendana, rempah-rempah, tekstil, keramik cina, hingga budak.

Bangsa asing pertama yang menjalin hubungan dagang dengan Makassar adalah Portugis, pada 1532, setelah sebelumnya pedagang asal Melayu dan Jawa lebih dulu menetap di Makassar. Bangsa-bangsa lain kemudian menyusul membuka kantor dagang, seperti Belanda (1607), Inggris (1613), Spanyol (1615), hingga China dan Denmark (1618).

Gerrit Knaap dan Heather Sutherland dalam buku Monsoon Traders: Ships, Skippers, and Commodities in Eighteenth-Century Makassar (2004) mengungkapkan, Makassar menjadi pelabuhan entreeport (pengumpul) dengan jaringan perdagangan meliputi Filipina, Kamboja, Siam, Makau, Jawa, Sumatera, dan Kalimantan.

Komoditas terpenting yang menjadi daya tarik Makassar adalah rempah-rempah. Kota itu menjadi pengumpul untuk perdagangan pala dan cengkeh dari Maluku, komoditas yang paling dicari seluruh dunia pada masa itu.

Kejayaan bandar niaga Makassar surut saat kongsi dagang Hindia Belanda (VOC) pada 1669 menaklukkan kerajaan itu. Makassar pun dibatasi dari akses internasional karena VOC menerapkan sistem monopoli dalam perdagangan.

Pada tahun 1970-an, dalam bingkai Negara Kesatuan RI, kejayaan kemaritiman Makassar kembali ditekan oleh penguasa republik ini.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pengalaman ke Pasar Kreatif Jawa Barat, Tempat Nongkrong di Bandung

Pengalaman ke Pasar Kreatif Jawa Barat, Tempat Nongkrong di Bandung

Jalan Jalan
Libur Panjang Waisak 2024, KAI Operasikan 20 Kereta Api Tambahan

Libur Panjang Waisak 2024, KAI Operasikan 20 Kereta Api Tambahan

Travel Update
Pasar Kreatif Jawa Barat: Daya Tarik, Jam Buka, dan Tiket Masuk

Pasar Kreatif Jawa Barat: Daya Tarik, Jam Buka, dan Tiket Masuk

Travel Update
Berkunjung ke Pantai Nangasule di Sikka, NTT, Ada Taman Baca Mini

Berkunjung ke Pantai Nangasule di Sikka, NTT, Ada Taman Baca Mini

Jalan Jalan
10 Wisata Malam di Semarang, Ada yang 24 Jam

10 Wisata Malam di Semarang, Ada yang 24 Jam

Jalan Jalan
Tanggapi Larangan 'Study Tour', Menparekraf: Boleh asal Tersertifikasi

Tanggapi Larangan "Study Tour", Menparekraf: Boleh asal Tersertifikasi

Travel Update
Ada Rencana Kenaikan Biaya Visa Schengen 12 Persen per 11 Juni

Ada Rencana Kenaikan Biaya Visa Schengen 12 Persen per 11 Juni

Travel Update
Kasus Covid-19 di Singapura Naik, Tidak ada Larangan Wisata ke Indonesia

Kasus Covid-19 di Singapura Naik, Tidak ada Larangan Wisata ke Indonesia

Travel Update
Museum Kebangkitan Nasional, Saksi Bisu Semangat Pelajar STOVIA

Museum Kebangkitan Nasional, Saksi Bisu Semangat Pelajar STOVIA

Travel Update
World Water Forum 2024 Diharapkan Dorong Percepatan Target Wisatawan 2024

World Water Forum 2024 Diharapkan Dorong Percepatan Target Wisatawan 2024

Travel Update
Tebing di Bali Dikeruk untuk Bangun Hotel, Sandiaga: Dihentikan Sementara

Tebing di Bali Dikeruk untuk Bangun Hotel, Sandiaga: Dihentikan Sementara

Travel Update
Garuda Indonesia dan Singapore Airlines Kerja Sama untuk Program Frequent Flyer

Garuda Indonesia dan Singapore Airlines Kerja Sama untuk Program Frequent Flyer

Travel Update
5 Alasan Pantai Sanglen di Gunungkidul Wajib Dikunjungi

5 Alasan Pantai Sanglen di Gunungkidul Wajib Dikunjungi

Jalan Jalan
Pantai Lakey, Surga Wisata Terbengkalai di Kabupaten Dompu

Pantai Lakey, Surga Wisata Terbengkalai di Kabupaten Dompu

Travel Update
Bali yang Pas untuk Pencinta Liburan Slow Travel

Bali yang Pas untuk Pencinta Liburan Slow Travel

Travel Tips
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com