Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengunjungi Bangunan Bersejarah di Jatinegara

Kompas.com - 10/11/2013, 11:43 WIB
Fitri Prawitasari

Penulis

Bentuk bangunan yang menyimpan gaya art deco, ada pada bentuk pintu, jendela, dan ukiran-ukiran pada atap gedung. Sekolah yang bergabung dengan SD 03 dan Yayasan Merdeka ini ternyata juga banyak meraih prestasi.

Pernahkan terbayang bahwa di Jatinegara mulanya adalah sebuah benteng? Dalam lukisan Johannes Rach, ahli topologi dari Denmark yang bekerja auntuk VOC ternyata pernah menggambar kegiatan pasar di depan benteng Belanda.

Benteng berbentuk bintang tujuh dengan gardu berpenjaga yang dipersenjatai meriam berada di sisi Sungai Ciliwung. Namun kini, benteng sudah tidak ada sama sekali. Sisa peninggalan benteng pun hampir tak terlihat. Berganti dengan bangunan-bangunan baru. Bukti keberadaan benteng adalah adanya parit besar di kawasan Matraman. Tepatnya, tak jauh dari shelter TransJakarta Kebon Pala.

Parit tersebut ada di bawah viaduct, yang di atasnya terdapat jalur rel kereta penghubung stasiun Jatinegara dengan Stasiun Manggarai. Setiap harinya banyak kendaraan dan kereta lalu lalang di atas bangunan itu. Namun tanpa ada yang sadar bahwa bangunan tersebut menyimpan sejarah masa silam.

Dari viaduct, akan terlihat Gereja Koinonia. Gereja merupakan gereja pertama di kawasan timur Batavia. Kompleks bangunan gereja begitu mencolok, ada di ujung pertemuan antara Jatinegara dengan Matraman. Untuk bisa lebih jelas melihat gereja, rombongan pun diajak ke atas jembatan TransJakarta. Dari sanalah, terlihat arsitektur Belanda pun masih tertinggal pada gereja.

Setelah melihat gereja, penjelajahan Jatinegara sudah hampir berakhir. Tepatnya, di kelenteng selanjutnya di Pasar Lama Jatinegara. Kelenteng Amurva Bhumi ternyata baru saja berulang tahun ke-325. Wah, cukup tua sekali ternyata kelenteng itu.

Sebelum perjalanan ke sana, rombongan melewati gado-gado Jatinegara. Sayangnya rombongan tidak sempat mencicip gado-gado yang konon selalu ramai tersebut. Karena hari sudah beranjak siang.

KOMPAS.COM/FITRI PRAWITASARI Kelenteng Amurva Bhumi di Pasar Lama Jatinegara, Jakarta Timur.
Pada kelenteng yang lagi-lagi bergabung dengan rumah tinggal, rombongan melepas penat. Cukup jauh memang rute yang dilalui pada hari itu. Meski demikian, beberapa pesera terlihat keasyikan dengan mencoba peruntungan di Ciam Si.

Ciam Si adalah ramalan Tionghoa, berisi batang bambu berbentuk sumpit, ditaruh wadah bulat. Di ujung sumpit diberikan nomor yang akan menuju ke kertas ramalan. Boleh percaya atau tidak menggunakan Ciam Si ini.

Namun bukankah nasib baik dan nasib buruk manusia sudah ada yang mengatur? Seperti hari itu, nasib baik rombongan kami adalah bisa tahu banyak tentang Jatinegara, yang biasanya selama ini hanya menjadi perlewatan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com