Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Semalam Berlayar di Teluk Tomini

Kompas.com - 13/01/2014, 12:57 WIB

Di dalam segitiga yang terletak di lautan tropis ini terdapat sekitar 500 spesies koral di tiap wilayah eco-regin. Perairan ini masih terjaga dan tetap bersih dengan pertumbuhan koral dan karang sangat baik dan jadi habitat bagi biota laut.

Itu sebabnya banyak wisatawan asing berwisata ke Kepulauan Togean. Dalam perjalanan dari Sulawsi Selatan ke Sulawesi Utara, atau sebaliknya, wisatawan selalu menyinggahi Kepulauan Togean. Selama beberapa hari mereka menikmati pesona perairan kepulauan itu. ”Setiap kali kami berlayar ke dan dari Kepulauan Togean selalu ada penumpang wisatawan asing minimal tiga sampai lima orang,” ungkap Kapten KMP Cengkih Afo Eko Wiyono.

Jalur subsidi

Saat ini di Teluk Tomini terdapat tujuh pelabuhan penyeberangan. Itu terbagi dalam dua kelompok pelayaran, yakni Marisa-Dolong-Ampana pergi pulang (pp). Dari Marisa juga melayani tujuan Parigi, Kabupaten Parigi Moutong, Sulteng, pp. Rute ini hanya dilayani sekali dalam sebulan. Kelompok kedua adalah Gorontalo-Wakai-Ampana pp, dan Gorontalo-Wakai-Pagimana pp.

Kehadiran kapal feri di Teluk Tomini sesungguhnya memperpendek perjalanan kendaraan bermotor dari Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, atau Sulawesi Tenggara yang hendak menuju Gorontalo dan Sulawesi Utara, atau sebaliknya. Pelayaran dari Marisa-Dolong-Ampana selama 14-15 jam, sedangkan Gorontalo-Ampana sekitar 18 jam. Begitu pula sebaliknya.

Jika menggunakan mobil dari Makassar menuju Manado yang sepenuhnya menggunakan jalur darat, maka akan menempuh jarak sekitar 2.250 kilometer. Itu menghabiskan waktu kurang lebih empat hari dan empat malam. Apabila sebagian perjalanan menggunakan kapal feri, waktu tempuh kemungkinan tak jauh beda, tapi para pengemudi mendapatkan waktu untuk istirahat saat berada di atas kapal.

”Sebetulnya berlayar selama belasan jam menjenuhkan. Tapi, bagi sopir, saat di atas kapal bisa dimanfaatkan istirahat. Mobil bisa hemat BBM, hemat ban, dan suku cadang lainnya,” ujar Idin (43), sopir mobil ekspedisi.

Meski demikian, arus mobilitas kendaraan dan penumpang di Teluk Tomini tidak sepadat seperti penyeberangan di Selat Alas yang menghubungkan Pulau Lombok dan Sumbawa. Bayangkan, dari Marisa ke Dolong dan Ampana, misalnya, KMP Cengkih Afo umumnya mengangkut penumpang sekitar 30-50 orang tanpa kendaraan. Kadang hanya 10 penumpang, dengan tarif Rp 78.000 per penumpang.

Padahal, kapal feri dengan kapasitas 1.300 PK itu menghabiskan solar sebanyak 89,6 liter per jam atau kurang lebih 1.344 liter dalam sekali perjalanan selama 14-15 jam dari Marisa hingga Ampana. Biaya untuk BBM saja Rp 7,39 juta.

DOK INDONESIA.TRAVEL Taman Nasional Kepulauan Togean.
Secara bisnis, pengoperasian kapal feri di Teluk Tomini tidak terlalu menguntungkan. Tetapi, PT ASDP sebagai badan usaha milik negara (BUMN) diwajibkan pemerintah untuk melayani jalur ini guna membuka isolasi masyarakat pulau-pulau kecil di Teluk Tomini sekaligus menghubungkan mereka dengan kota-kota terdekat.

”Itu sebabnya kami tetap melayani, meski volume penumpang dan kendaraan yang diangkut sangat kecil. Kami juga ikut bahagia ketika melihat masyarakat pulau-pulau kecil di Teluk Tomini bisa menjual hasil bumi ke kota dengan kapal feri. Mereka tak lagi merasa terasing di negerinya,” ujar Eko.

Minggu (15/12/2013) pukul 07.00 Wita, KMP Cengkih Afo merapat di pelabuhan penyeberangan Ampana, Kabupaten Tojo Unauna, Sulawesi Tengah. Berlayar di Teluk Tomini merupakan pengalaman yang menyenangkan. Jika berlayar siang hari, Anda akan melihat banyak pulau kecil yang memiliki pantai indah dan laut yang jernih. Sungguh menakjubkan. (Jannes Eudes Wawa)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com