Ketua Asita DIY, Edwin Ismedi Himna menuturkan selama 2013 banyak terjadi perubahan, terutama tumbuhnya hotel-hotel baru, sementara paket wisata masih mengandalkan produk lama sehingga dikhawatirkan pasar tidak berkembang.
"Supaya tidak terjadi kejenuhan wisatawan, kami berencana meng-update situasi Yogyakarta yang kini sudah berubah sekaligus mencari market baru dari Bali," ujarnya di Yogyakarta, Senin (10/2/2014).
Edwin mengakui Bali dan Jakarta, masih menjadi gerbang kedatangan wisatawan mancanegara (wisman). Terlebih dengan terbukanya penerbangan internasional dari dan ke Bali. Sedangkan untuk Yogyakarta, saat ini masih terbentur dengan terbatasnya penerbangan internasional.
“Saat ini baru ada international flight dari Singapura dan Malaysia. Oleh karena itu kami berharap wisatawan mancanegara dari Bali bisa ditarik berkunjung ke Yogyakarta,” ujarnya.
Kendalanya, selama ini kebanyakan wisman yang berkunjung dari Bali ke Yogyakarta hanya one day trip, mereka hanya dijadwalkan berkunjung ke Keraton, Malioboro atau Candi Borobudur, yang bisa dikunjungi dalam sehari. "Kita harus mencoba menambah destinasi baru, termasuk menciptakan wisata malam supaya turis minimal menginap sehari di Yogyakarta," katanya.
Dalam table top di Bali, Asita akan mengajak diskusi pelaku wisata di Bali supaya perlu adanya kerja sama menarik wisman ke Yogyakarta. Diakui bahwa sekitar 30 persen wisman yang berkunjung ke Kota Gudeg datang dari Pulau Dewata.
"Saya lihat pelaku wisata di Bali sangat terbuka. Saya harap nantinya banyak wisman yang bisa ditarik ke Yogyakarta, seperti dari Australia atau Rusia," kata Edwin. (Tribun Jogja)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.