Semua begitu sepi. Suara-suara alam yang biasanya kalah oleh kebisingan manusia, kali ini menjadi pemenang. Deru ombak yang terdengar syahdu sampai burung-burung berkicau riang.
Ketika matahari mulai memeluk cakrawala, suasana sepi makin terasa. Di malam hari, kegelapan meraja. Tak ada satu pun penerangan yang nyala. Gelap karena lampu dan api tidak boleh nyala.
Saking gelap, langit malam malah menampilkan momen terindah dengan bintang-bintang bertaburan. Tentu jika cuaca sedang cerah dan tak banyak awan.
Dalam malam yang benar-benar gelap dan hanya suara alam yang hadir, sepi menjadi teman. Ketika sunyi merangkul sukma, ada perasaan tenang yang hadir.
Tak heran, Bali di kala Nyepi malah mampu menjadi daya tarik tersendiri. Selama 24 jam penuh sejak matahari terbit, Bali ibarat kota mati tanpa aktivitas keramaian. Tahun ini, Nyepi jatuh pada 31 Maret 2014.
Nyepi yang hanya terjadi satu tahun sekali itu merupakan perayaan menyambut tahun baru Saka. Tetapi berbeda dengan tahun baru masehi yang dirayakan dengan gegap gempita, tahun baru Saka disambut sebaliknya.
Amati karya berarti tidak bekerja atau melakukan kegiatan. Amati lelungan adalah tidak bepergian. Sementara amati geni berarti tidak menyalakan api. Amati lelanguan adalah tidak bersenang-senang atau mencari hiburan.
Daya tarik wisata
Dulu, jelang Nyepi merupakan masa yang dihindari wisatawan yang merencanakan pelesir di Bali. Ada perubahan beberapa tahun belakangan, turis terutama turis asing malah sengaja datang saat Nyepi.
Ini menjadi momen tepat untuk merenung, sekedar melakukan meditasi dan yoga. Lalu berusaha menyatu dengan alam. Turis asing pun datang untuk bisa merasakan satu hari penuh tanpa listrik, dalam kegelapan dan keheningan.
Sebuah momen langka, satu-satunya di dunia dan hanya terjadi di Bali. Beberapa hotel pun melirik hal ini dengan membuat paket wisata Nyepi. Umumnya paket berupa menginap, sarapan, makan siang, dan makan malam.
Walau begitu, tidak seperti umat Hindu di Bali, turis-turis diperkenankan melakukan aktivitas namun terbatas di lingkungan hotel. Hanya saja, tak jarang yang akhirnya memilih untuk mengisi hari Nyepi dengan meditasi dan yoga, memanfaatkan suasana sepi yang berlangsung.
Pertama adalah melasti atau upacara penyucian sarana sembahyang. Melasti diadakan dua hari sebelum Nyepi. Perlengkapan persembahyangan akan diarak dari Pura ke pantai.
Lalu, sehari sebelum Nyepi adalah upacara Mecaru atau Tawur Kesanga, dilanjutkan dengan ngerupuk. Upacara pengerupukan merupakan prosesi untuk mengusir Buta Kala atau roh jahat agar tidak mengganggu umat yang akan melakukan Nyepi.
Di prosesi ini biasanya ada pawai ogoh-ogoh. Ogoh-ogoh akan diarak keliling desa. Ada keseruan tersendiri saat menonton ogoh-ogoh. Karena pawai juga dimeriahkan dengan bleganjur, alat musik tradisional Bali, yang dinamis.
Sehari setelah Nyepi biasanya berupa perayaan Ngembak Geni. Biasanya warga Bali akan mengunjungi sanak keluarga. Di Desa Sesetan, Denpasar ada tradisi sakral Med-Medan, prosesi berpelukan dan ciuman massal.
Sementara untuk menonton pawai Ogoh-ogoh, datangi balai banjar terdekat. Biasanya Ogoh-ogoh diarah mulai dari balai banjar, kemudian dibawa ke perempatan jalan dan mengelilingi desa.
Tentu, momen puncaknya adalah saat Nyepi. Ambil waktu untuk diri sendiri. Resapi keheningan yang datang. Dengarkan suara-suara alam. Pada akhirnya, saat diri dengan ikhlas menerima sunyi, ketenangan jiwa pun hadir.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.