Melintasi kampung ini secara tak sengaja, Kompas Travel menangkap sebuah papan kecil bertuliskan "Rumah Bersejarah Markas Gubernur Militer Daerah Militer Istimewa Sumatera Bagian Selatan Desa Napal Putih Tahun 1949". Kementerian Pendidikan dan Kebudayan dan Balai Pelestarian Jambi menetapkan rumah bercat krem tersebut sebagai Cagar Budaya.
Rumah tersebut memiliki dua lantai, beratapkan seng. Pada lantai atas rumah tersebut dikelilingi oleh jendela penuh dengan kaca yang dimotif sangat arsitektur khas rumah kuno di Bengkulu. Sementara di lantai bawah terdapat ruang tamu, ruang makan, ruang tidur dan ruang rapat cukup besar rumah tersebut. Ruang depan pada lantai bawah hingga kini masih terdapat tiga kursi kayu dan satu meja. Masuk ke dalam ruang tidur terdapat ruang tidur sederhana dari besi berukuran single, tempat duduk dan meja kayu. Sangat sederhana.
Bentuk rumah masih asli hanya pergantian pada beberapa kaca yang pecah terjadi. Tepat di ruang tidur terdapat tangga untuk naik ke lantai atas, semua terbuat dari kayu. Pada bagian belakang rumah terdapat sumur dan beberapa ruangan dengan ukuran cukup untuk 10 orang.
Mengunjungi rumah ini seakan dibawa pada fase tahun 1949 saat Belanda melakukan agresi ke wilayah Indonesia tak luput Bengkulu. Ruang-ruang rumah, halaman depan dan belakang seperti memiliki cerita jika menegakkan kehormatan bangsa merupakan harga mati yang tak dapat ditawar. Sejarah perlawanan di Sumatera Selatan menyebutkan pada tahun 1949 rumah tersebut ditempati oleh AK Gani, Gubernur Militer yang bertugas mematahkan dominasi Belanda di wilayah Bengkulu, khususnya tambang emas Lebong Tandai.
Sainan (58) warga Desa Napal Putih tinggal tepat di depan rumah tersebut menyebutkan bahwa bangunan itu dibangun pada tahun 1930 dimiliki oleh Pangeran Ali atau petinggi Suku Pekal, suku asli di wilayah itu. "Masa itu rumah tersebut diserahkan Pangeran Ali kepada pemerintah dan dimanfaatkan AK Gani untuk memerintah dan menyusun skenario pengusiran Belanda di Bengkulu," kata Sainan.
Sainan yang juga mantan masinis lori di Desa Lebong Tandai mengatakan pada masa Presiden Soeharto tambang tersebut mampu menghasilkan dua ton emas per bulan. "Jadi bayangkan berapa banyak hasil emas dari tambang itu saat zaman Belanda mungin lebih dari dua ton per bulan," ucapnya.
AK Gani dalam catatan sejarah nasional terukir sebagai pahlawan nasional. Ia bernama lengkap Adnan Kapau Gani atau disingkat AK Gani. Dia dilahirkan pada 16 September 1905 di Agam, Sumatera Barat, namun sejak kecil ia telah pindah ke Palembang. Dia juga merupakan salah satu peserta Kongres Pemuda II di Jakarta pada tahun 1928, merupakan mahasiswa kedokteran di Stovia, aktifis partai, rektor Universitas Sriwijaya hingga pernah membintangi film "Asmara Moerni".
AK Gani pernah menjabat sebagai Menteri Kemakmuran pada Kabinet Sjahrir III. Ketika menjabat sebagai Menteri Kemakmuran, dia bersama dengan Sutan Sjahrir dan Mohammad Roem masuk dalam delegasi Indonesia ke sidang pleno ketiga Perjanjian Linggarjati. Dia juga bekerja untuk membangun jaringan nasional perbankan serta beberapa organisasi perdagangan.
Selain itu AK Gani merupakan diplomat ulung, tokoh yang berjasa pada TNI karena berkat kerja keras beliau tentara Indonesia mampu memiliki seragam dan peralatan tempur dengan cara menyelundupkan minyak dan menjualnya. Berkat kelincahan dan kecerdikannya Belanda menjulukinya sebagai "Si Penyelundup Minyak dari Asia Timur".
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.