Museum ini terletak di kawasan Kota Tua. Sangat dekat dengan Museum Fatahilah yang berada di lapangan Kota Tua. Walau berada di lokasi yang berdekatan, Museum Wayang lebih sepi pengunjung dibandingkan Museum Sejarah Jakarta Fatahillah.
“Tapi, kalau musim lebaran begini, kami juga tidak kalah pengunjung, hampir tiga ribu orang hari ini saja,” ujar Budi, pemandi di Museum Wayang, sambil tertawa.
Wayang tak sekedar wayang kulit yang mengandalkan bayangan saat pentas. Seperti di Museum Wayang, ada sekitar 5.000 wayang yang menjadi koleksi museum ini. Menurut Budi, ragamnya mulai dari wayang kulit, wayang golek, wayang seng, hingga boneka dari negara-negara lain, serta topeng-topeng.
Ternyata wayang di museum ini tidak hanya berasal dari Indonesia saja, tetapi ada juga yang berasal dari negara di Asia seperti Malaysia, Cina, India dan Vietnam. Budi mengungkapkan sebagaian besar koleksi dari luar negeri adalah sumbangan untuk memperkaya koleksi wayang Indonesia
“Bentuknya agak berbeda dengan wayang Indonesia,” tambahnya.
Selain wayang, di museum ini terdapat juga boneka-boneka baik dari Indonesia maupun luar negeri. Boneka terkenal dari Indonesia yang dipajang di museum ini adalah boneka seri Si Unyil. Satu set boneka si Unyil ini adalah set asli dan yang pertama digunakan saat disiarkan di stasiun TVRI pada 1970.
Berkaitan dengan sejarah pewayangan Indonesia, tidak heran jika Anda akan menemukan banyak tokoh seperti Semar, Petruk, Gareng, Rama, Sinta, dan tidak lupa Hanoman. Dengan berbagai adegan pewayangan yang dipajang di etalase museum, maka pengunjung dapat mengerti mengapa wayang diletakkan sedemikian rupa.
Wayang-wayang dari Indonesia kebanyakan berasal dari Bogor, Bandung, Pekalongan, Surakarta, dan Bali. Menurut Budi, wayang paling terkenal di museum ini adalah wayang kulit Purwa Surakarta dengan ukuran besar yang berbentuk Prabu Rama Wijaya yang terkenal bijaksana dan sakti dari kisah Ramayana.
Selain melihat-lihat wayang, di museum ini biasanya juga diadakan pagelaran wayang tiap minggu kedua, ketiga dan keempat. Jadi para pengunjung bisa secara langsung menonton pertunjukkan wayang.
“Di sini juga ada peragaan pembuatan wayang, pengunjung bisa membuat wayang untuk mereka sendiri,” jelas Budi.
Untuk masuk ke dalam museum ini, pengunjung dikenakan biaya Rp 5.000 untuk dewasa dan Rp 3.500 untuk anak-anak. Tersedia pemandu tanpa biaya bagi para wisatawan asing atau wisatawan yang datang dalam rombongan.
Museum Wayang diresmikan pada 13 Agustus 1975 oleh Gubernur Ali Sadikin. Jam buka untuk umum setiap hari Selasa sampai Minggu, di jam 9.00 sampai 17.00. Saatnya melihat langsung warisan dunia dengan mata Anda sendiri dan mengenal lebih dekat tentang wayang.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.