Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pasar Malam Sentiling, Berkaca pada Kejayaan Semarang Masa Lalu

Kompas.com - 22/09/2014, 14:23 WIB

Meredup

Sayangnya, 100 tahun setelah Koloniale Tentoonstelling, kilauan Kota Semarang malah meredup. Kota Lama dihantui rob dan banjir yang terjadi setiap tahun, seiring dengan laju penurunan tanah dan meningkatnya muka air laut, diperparah dengan drainase yang buruk.

Meski saat ini pemerintah mulai membenahi drainase dan memperbaiki jalan, Kota Lama masih tampak suram. Beberapa pihak mulai menghidupkan Kota Lama dengan membuka restoran, kafe, dan galeri, juga aneka kegiatan.

Di sisi lain, masih banyak bangunan tua yang dibiarkan hingga rusak dan roboh atau dirobohkan dan kemudian diganti dengan bangunan baru. Para
tunawisma menumpang hidup di bangunan-bangunan mangkrak yang kemudian menyebabkan kawasan itu menjadi kumuh.

Kepala Dinas Pariwisata Jateng Prasetyo Ari Bowo mengatakan, Pasar Sentiling dapat dimaknai juga ’disentil lagi eling (disentil baru sadar)’ sehingga mengingatkan semua pihak untuk bekerja dalam menghidupkan dan melestarikan Kota Lama Semarang. Ia mengumpamakan Kota Lama Semarang seperti toko yang memiliki barang bagus, tetapi tidak memiliki etalase yang menarik.

Sekretaris Dinas Tata Kota dan Perumahan Kota Semarang M Irwansyah mengatakan, Kota Semarang telah memiliki Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2003 tentang Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan Kawasan Kota Lama Semarang. BPK2L juga telah dibentuk.

”Kami juga berencana untuk menjadikan kawasan Kota Lama ini menjadi kota warisan dunia yang diakui oleh Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO). Namun, untuk itu kami membutuhkan dukungan dari pemerintah pusat,” kata Irwansyah.

Seperti dituturkan Kriswandhono, sebenarnya jika semua pihak menyadari tugasnya masing-masing dan melaksanakannya, tujuan akan dengan mudah dicapai. Karena itu, mengingat kejayaan pada masa lalu saja tidak cukup. Semua pihak harus introspeksi diri dan memulai aksi. (Amanda Putri)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com