Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Festival Erau, Pestanya Rakyat Kutai

Kompas.com - 07/10/2014, 13:22 WIB

Setiap malam selama Festival Erau berlangsung, Museum Mulawarman menggelar ritual adat Bapelas.  Pihak kesultanan menggelar Bapelas sebagai pemberitahuan kepada roh-roh gaib dan makhluk halus  bahwa raja sedang mengadakan pesta.

Ritual ini sekaligus mengundang kepada roh-roh gaib dan makhluk halus untuk turut menyaksikan dan memelihara jalannya upacara. Putra Mahkota menandai hari pelaksanaan ritual dengan membunyikan gong sesuai jumlah hari Bapelas berlangsung.

Belimbur

Puncak Festival Erau ditutup dengan acara mengulur naga. Acara ini menurut legenda rakyat Kutai berkaitan dengan kelahiran Putri Karang Melanu, istri dari Pangeran Aji Batara Agung Desa Sakti. Pangeran disebut-sebut sebagai titisan Naga.

Replika naga yang selama ini disimpan di kanan dan kiri museum. Di sayap kanan adalah replika Naga Laki dan sayap kiri, Naga Bini. Keduanya kemudian diturunkan pagi hari setelah mendapat persetujuan dari Putra Mahkota Kesultanan Kutai.  

Masyarakat umum mengiringi para punggawa saat mengulur atau membawa naga ke Sungai Mahakam. Masyarakat meyakini memegang sisik naga yang terbuat dari kain berwarna warni memberi berkah tersendiri bagi mereka. Naga akan dibawa ke Kutai Lama, tempat kepala naga disemayamkan.

ARSIP KOMPAS TV Dayu Hatmanti ikut bermain air dalam Belimbur di Festival Erau, Kabupaten Kartanegara, Kalimantan Timur.
Ketika naga telah sampai di Kutai Lama, kemudian utusan membawa kembali air tuli air dari Kutai lama ke Tenggarong. Air Tuli kemudian diserahkan kepada sesepuh atau pejabat untuk dipercikan kepada masyarakat yang hadir dalam upacara mengulur naga. Pada saat itu juga Belimbur dimulai.

Untuk memeriahkan Belimbur. Pemerintah daerah menyediakan dua mobil pemadam kebakaran untuk menyemprotkan air masyarakat. Air berasal dari Sungai Mahakam. Masyarakat yang terkena semprotan air tidak boleh marah. Karena hari itu seluruh pelosok Kutai dibasahi air sungai Mahakam.

Pesut Mahakam

Selama di Kutai Kartanegara, Explore Indonesia tidak hanya mengikuti perhelatan akbar Festival Erau. Dayu Hatmanti bersama komunitas "Save Pesut Mahakam" menyusuri Sungai Mahakam melalui Kota Bangun.

Kami bermaksud melihat secara langsung pesut mahakam yang semakin hari jumlahnya semakin sedikit. Saat ini jumlahnya sekitar 97 ekor saja. Pesut berkurang populasinya karena semakin tingginya utilitas Sungai Mahakam. “Kalau karena tersangkut jaring nelayan sudah tidak ada lagi,” kata Bang Inal, Ketua Komunitas Save Mahakam.

ARSIP KOMPAS TV Pesut Sungai Mahakam di Kalimantan Timur.
Pesut mulai sulit bertahan di Sungai Mahakam lantaran ramainya lalu lintas sungai. Tak hanya perahu kayu bermotor tapi juga tug boat pembawa batubara ke laut lepas. Pesut Mahakam mirip dengan lumba-lumba di laut. Pesut bernapas dengan paru-paru. Jika populasinya banyak, tidak akan sulit melihatnya berenang di permukaan sungai. Pesut juga mulai menjauh dari daerah sungai yang ramai lalu lintasnya.

Apakah Dayu dan Explore Indonesia bisa melihat pesut-pesut tersebut di Sungai Mahakam? Yuk, ikuti perjalanan Explore Indonesia di Kompas TV, Rabu 8 Oktober 2014, pukul 20.00 WIB. (Fitri Oktarini/Adelia Devita)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com