Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Amboi Panoramanya, Setengah Mati Jalannya

Kompas.com - 12/11/2014, 16:54 WIB
BANTEN bagian selatan menyimpan potensi pariwisata yang amat besar. Pantai-pantai yang memesona berserak di jalur sepanjang lebih kurang 350 kilometer. Namun, buruknya infrastruktur membuat rasa takjub harus ditebus dengan perjalanan melelahkan, lama, dan penuh perjuangan.

Di Kabupaten Lebak, pantai-pantai seperti Sawarna, Bagedur, Cihara, dan Binuangeun tengah naik daun. Adapun di Kabupaten Pandeglang, tujuan wisata seperti Pulau Umang, Kampung Paniis, Ciputih, dan Cinibung sudah kondang di dunia turisme.

Tak hanya di tujuan wisata, decak kagum acap kali terlontar saat menyusuri Banten selatan. Pemandangan memukau berupa garis pantai terhampar di sepanjang jalur itu, nyaris tanpa henti. Ombak khas pantai selatan yang bergulung-gulung dengan gradasi warna laut menambah elok panorama.

”Amboi, pemandangannya. Sangat cantik,” ujar Dina (34), wisatawan dari Jakarta yang melewati jalur Banten selatan seusai berkunjung ke Pantai Sawarna, akhir Oktober lalu.

Banten selatan juga tak melulu menyajikan pantai. Goa, pasar ikan, dan gugusan karang besar menjadi daya tarik wisatawan. Goa-goa seperti Lalay, Langir, dan Seribu Candi yang tersebar di Desa Sawarna, Kecamatan Bayah, Lebak, membuat wisatawan terpikat. Di Sawarna pula, Karang Taraje yang menyerupai benteng penahan gelombang menarik wisatawan menuju tempat itu saat matahari terbenam.

Adapun pasar ikan di Kecamatan Sumur, Padenglang, serta sentra ikan asin dan Tempat Pelelangan Ikan Binuangeun di Desa Muara, Kecamatan Wanasalam, Lebak, marak didatangi wisatawan saat akhir pekan.

Akan tetapi, kekaguman itu harus dibayar dengan perjalanan yang lama dan jauh. Jarak sekitar 240 kilometer (km) dari Jakarta ke Sawarna harus ditempuh hingga 10 jam. Tubuh sering terguncang akibat jalan rusak di sejumlah tempat dan kemacetan pun menghadang.

Di Jalan Raya Bayah-Cikotok dari Kecamatan Bayah hingga Malingping, para sopir harus berhati-hati melintasi jalan yang bergelombang. Lubang cukup dalam juga terlihat di sejumlah titik. Debu mengepul di jalan yang kering. Truk-truk melaju sangat pelan karena pengemudi khawatir kendaraannya terguling.

KOMPAS/DWI BAYU RADIUS Sejumlah wisatawan menikmati keindahan pemandangan di Pulau Peucang, Kabupaten Pandeglang, Banten, awal Mei. Pantai di Pulau Peucang yang berpasir putih menjadi daya tarik bagi wisatawan yang ingin berenang di air laut yang jernih. Pulau itu juga menjadi habitat berbagai satwa, seperti rusa, biawak, merak, monyet, dan babi hutan. Peucang termasuk dalam Taman Nasional Ujung Kulon.
Ilalang tumbuh di sejumlah pantai yang sangat potensial untuk dijadikan tujuan wisata. Pantai-pantai itu dibiarkan begitu saja. Padahal, pemandangan pesisir Bayah sangat indah. Pantai dengan pasir putih bersih dan gundukan karang terhampar di sana.

”Sayang sekali, peluang pariwisata yang amat besar tak dimanfaatkan. Pantai-pantai sangat cantik, tapi tak diapa-apakan. Jalannya juga setengah mati. Rusak. Bikin capek,” tutur Dina.

Selama perjalanan dari Rangkasbitung menuju Binuangeun melalui Gunung Kencana dan Malingping, pengendara juga harus berhenti lebih kurang lima kali karena jalan sedang diperbaiki. Jalur dengan panjang sekitar 100 km itu harus ditempuh hingga empat jam.

Para pengendara harus bergantian untuk melewati jalan tersebut. Perbaikan jalan hanya menyisakan satu jalur yang bisa dilalui. Sementara sejumlah warga yang mengatur arus mobil menyodorkan wadah untuk meminta sumbangan kepada para pengendara yang tengah menunggu giliran melintas.

Di sejumlah ruas jalan, lubang-lubang menganga mengganggu kenyamanan perjalanan. Kendaraan harus direm dan melintas perlahan. Kondisi serupa dialami para pengendara yang menuju Banten selatan melewati rute Pandeglang, Saketi, hingga Malingping.

Pengelola usaha di tempat-tempat wisata di Banten selatan harus menanggung semua keluhan konsumen. Sudah berkali-kali permintaan agar jalan rusak segera diperbaiki, tetapi kondisinya tak banyak berubah. Kunjungan diyakini melonjak jika infrastruktur baik.

Mulyadi Sopian (27), pemandu wisata di Kampung Paniis, Desa Tamanjaya, Kecamatan Sumur, Pandeglang, mengatakan, ia rata-rata menemani lima rombongan wisatawan per bulan. Jumlah wisatawan tiap rombongan lebih kurang 25 orang. Biasanya lama kunjungan mereka dua hari.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com