Di beberapa titik, jalan dibuat seperti gundukan yang menyenangkan untuk bersepeda. Terdapat pula jalur dengan batu-batu menonjol mirip sarana pijat refleksi telapak kaki. Lepaskan penat dengan duduk di bangku di bawah pohon cemara laut yang menghadap ke laut.
Malam hari, seiring tenda-tenda didirikan, api unggun berkobar untuk membakar ikan dan memasak air. Nikmat tak terkira menyeruput kopi dan bersantap.
Dengarkan desiran ombak menghantam bakau dan pantai, serta suara binatang malam. Suasana ”mewah” yang tak akan mungkin ditemui di Jakarta. Tak jarang, pengunjung membawa alat musik, seperti gitar, untuk memeriahkan suasana.
Arsad, penjaga keamanan di Pulau Tidung Kecil, menuturkan, beberapa kali di sejumlah titik pernah terjadi kebakaran. ”Sepertinya wisatawan lupa memadamkan api unggun sampai benar-benar padam,” ujarnya.
Meskipun pernah terjadi kebakaran, pulau ini tetap terbuka untuk berkemah. Jadi, bagi yang ingin berkemah di tempat itu, jangan lupa mematikan api unggun dan jangan buang puntung rokok sembarangan.
Pulau Air
Bila ada uang lebih, wisatawan bisa berkemah dan memancing sekaligus snorkeling di Pulau Air. Jaraknya tak jauh dari Pulau Tidung. Abi dan Arda juga sempat menjajal berkemah di Pulau Air tahun lalu.
Untuk mencapai Pulau Air, mereka menyewa kapal dari Pulau Tidung Rp 450.000-Rp 500.000. Kapal bisa diisi rombongan sehingga biaya per orang makin ringan.
”Nakhoda kapal akan menunggu di Pulau Air sampai keesokan harinya kami kembali ke Pulau Tidung,” tutur Abi.
Seperti Pulau Tidung, perairan di Pulau Air juga hijau dan jernih. Terumbu karang pun indah sehingga sebelum berkemah pada malam hari pengunjung bisa snorkeling sepuasnya menikmati keindahan terumbu karang dan ikan-ikannya.
Di sisi utara Pulau Air terdapat beberapa bidang tanah lapang di bawah rimbun pepohonan yang bisa digunakan untuk mendirikan tenda dan membuat api unggun. Di sini, tidak ada pungutan biaya bagi wisatawan. Namun, tidak ada jaringan listrik untuk mengisi baterai telepon seluler.
Sembari berwisata, tetap menjaga kelestarian lingkungan pulau dengan tidak meninggalkan sampah sembarangan. Alam kepulauan yang menawan alangkah indahnya bila bisa terus dinikmati sekarang dan masa mendatang. (Fransisca Romana Ninik dan Madina Nusrat)
Artikel ini sebelumnya tayang di Harian Kompas, Sabtu, 28 Maret 2015
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.