Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Segarnya Koktail Teh Sri Lanka

Kompas.com - 12/04/2015, 08:54 WIB

Tren ”sofistikasi” teh ini sebenarnya juga sudah mulai terjadi di Jakarta. Setidaknya ada empat tempat minum teh di Jakarta dengan tampilan tak kalah menarik dibandingkan lounge teh Dilmah. Mereka adalah Macaroon Tea Room di Plaza Indonesia; Tea Addict di Jalan Gunawarman, Kebayoran Baru; Vinalle Coffee & Tea di Jalan Cikajang, Kebayoran Baru; dan Rumate di Jalan H Agus Salim, Menteng.

Tanpa tradisi

Pendiri Dilmah, Merrill J Fernando, mengakui, meski Sri Lanka juga punya sejarah teh, negeri itu tak memiliki tradisi minum teh yang menarik, seperti halnya Tiongkok, Jepang, atau Inggris.

Edwin Soon dalam bukunya, The Dilmah. Way of Tea (Ceylon Tea Services Ltd, 2009) menulis, sejarah teh di Sri Lanka berawal setelah James Taylor, warga Inggris pemilik perkebunan kopi di Sri Lanka, memutuskan membuka perkebunan teh seluas 10 hektar.

Ia memutuskan hal itu setelah perkebunan kopi di hampir seluruh sudut Sri Lanka, termasuk perkebunan kopi milik James sendiri, hancur diserang wabah.

Tahun 1875, kapal pertama pembawa teh dari Sri Lanka tiba di London, Inggris. Teh tersebut terjual dengan harga mahal di tempat lelang. Para pemilik perkebunan kopi di Inggris lantas mengikuti jejak James.

Sepuluh tahun kemudian, sejuta paket teh Sri Lanka terjual di Chicago World Fair.

Kemudian pada tahun 1873, Mincing Lane, pusat teh dunia di London, telah menguasai impor dan distribusi teh Sri Lanka. Padahal sebelumnya, bangsa Inggris hanya tahu bahwa teh berasal dari Tiongkok.

Tahun 1948, Inggris memerdekakan Sri Lanka. Namun, menurut Fernando, ekonomi kolonialisme masih menguasai industri teh di Sri Lanka. Ia bersama sejumlah pengusaha lokal yang sehaluan bekerja keras membebaskan industri teh dari cengkeraman usaha kelompok multinasional.

Kini, era itu telah usai. Industri teh di Sri Lanka sudah didominasi para pengusaha lokal dari hulu hingga hilir. Fernando pun telah mewariskan Dilmah untuk dikelola putra bungsunya, Dilhan, sejak 1988.

”Di tangan ayah saya, Dilmah telah mendapat akar yang kuat dan kepastian pertumbuhan perusahaan. Kini giliran saya memastikan bahwa Dilmah mampu bersaing menembus pasar internasional di lingkungan generasi baru,” ucap Dilhan.

Generasi baru itu kini berkumpul di lounge-lounge dan gemar menyeruput punch dan koktail...! (WINDORO ADI)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com