Koordinator Unit Agrowisata PTPN VIII Rancabali, Awat Sutisna, mengemukakan, pihaknya merencanakan untuk menambah vila di lokasi Situ Patenggang. Saat ini baru terdapat satu vila (tiga kamar tidur) dengan tarif Rp 1,1 juta (per 22 jam) saat akhir pekan atau hari libur, serta pada hari biasa dengan tarif Rp 800.000.
”Kami juga melakukan perbaikan dari 12 shelter yang mengalami kerusakan, termasuk juga toilet. Hal ini untuk meningkatkan pelayanan, khususnya bagi kenyamanan pengunjung,” ucap Awat
Ia juga berharap adanya perbaikan dan pelebaran Jalan Raya Ciwidey. Jalan itu semakin sempit, dan pada akhir pekan atau hari libur terjadi kemacetan luar biasa.
Animo wisatawan termasuk dari mancanegara sebenarnya tinggi ke Situ Patenggang. Akan tetapi, karena kondisi jalan sering macet, kunjungan menjadi kurang optimal. Kondisi ruas jalan sampai saat ini juga banyak yang rusak, aspal terkelupas dan berlubang.
”Jalan Raya Ciwidey juga sempit, dan Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan pernah menjanjikan saat menjabat pada periode 2013-2008 untuk memperlebar Jalan Ciwidey sampai kawasan Baru Tunggul, tapi sampai sekarang belum terealisasi,” kata Awat.
Retribusi mahal
Buruknya kondisi jalan tersebut diduga menjadi salah satu pemicu minimnya wisatawan asing berkunjung ke lokasi itu. Masalah lain yakni tingginya retribusi penerimaan negara bukan pajak (PNBP) untuk wisatawan asing yakni Rp 100.000 per orang. Itu ditambah lagi dengan adanya jasa lingkungan Rp 13.000 per orang. Jadi total tiket masuk yang diberlakukan kepada wisatawan asing sebesar Rp 113.000 per orang.
Untuk itu, para aktivis Kelompok Penggerak Pariwisata (Kompepar) Situ Patenggang mengharapkan pemerintah daerah setempat meninjau kembali tarif retribusi PNBP. ”Pungutan tersebut sebaiknya hanya dikenakan kepada wisatawan asing yang akan menyeberang ke Batu Cinta atau menggunakan wilayah air (danau). Sebaliknya bagi mereka yang hanya berjalan-jalan di area daratan dikenakan saja jasa lingkungan,” ujar Ebed, anggota Kompepar Situ Patenggang. (SAMUEL OKTORA)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.