Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mampir di Pulau Sewangi, Melihat Pembuatan Perahu Tradisional Banjar

Kompas.com - 23/07/2015, 14:20 WIB
Perahu-perahu khas Banjar dulu kebanyakan berbahan kayu ulin atau kayu besi dan kayu cangal. Sekarang, karena bahan itu sudah langka, sehingga sudah sangat jarang ditemui. Padahal, kualitasnya jauh lebih hebat dibandingkan perahu-perahu sekarang yang hanya tahan lima tahun hingga puluhan tahun.

Perahu-perahu buatan mereka ini sekarang kebanyakan berbahan kayu kelepek, madi hirang, lanan dan kasak.

Proses pembuatan perahu ini sangat sulit. Kayunya, ketika masih berupa gelondongan dibakar selama sekitar dua jam agar memuai kemudian terbuka sehingga tak lagi keras. Jika sudah tak terlalu keras, akan mudah membentuknya menjadi badan perahu.

Nah, proses pembakarannya ini dilakukan di daerah Manusup, Kabupaten Kualakapuas, Kalimantan Tengah. Para perajinnya di sana kemudian menjual kerangka perahu yang sudah jadi itu ke para perajinnya di Pulau Sewangi ini.

Satu kerangka dibelinya jutaan rupiah, harganya berbeda-beda tergantung jenis kayunya. Ukuran kelotok yang dibuatnya berbeda-beda. Ada yang sepanjang empat dapa (sekitar delapan meter) dan ada juga yang sepanjang 5,5 dapa. Dapa adalah satuan ukur orang Banjar zaman dulu. Satu dapa itu sepanjang bentangan kedua tangan orang dewasa, diperkirakan sekitar 100 sentimeter.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Turis Asing Diduga Bikin Sekte Sesat di Bali, Sandiaga: Sedang Ditelusuri

Turis Asing Diduga Bikin Sekte Sesat di Bali, Sandiaga: Sedang Ditelusuri

Travel Update
Ada Pembangunan Eskalator di Stasiun Pasar Senen, Penumpang Bisa Berangkat dari Stasiun Jatinegara

Ada Pembangunan Eskalator di Stasiun Pasar Senen, Penumpang Bisa Berangkat dari Stasiun Jatinegara

Travel Update
Hotel Ibis Styles Serpong BSD CIty Resmi Dibuka di Tangerang

Hotel Ibis Styles Serpong BSD CIty Resmi Dibuka di Tangerang

Hotel Story
10 Mal di Thailand untuk Belanja dan Hindari Cuaca Panas

10 Mal di Thailand untuk Belanja dan Hindari Cuaca Panas

Jalan Jalan
Menparekraf Susun Peta Wisata Berbasis Storytelling di Yogyakarta, Solo, dan Semarang

Menparekraf Susun Peta Wisata Berbasis Storytelling di Yogyakarta, Solo, dan Semarang

Travel Update
Waisak 2024, Menparekraf Targetkan Gaet hingga 300.000 Wisatawan

Waisak 2024, Menparekraf Targetkan Gaet hingga 300.000 Wisatawan

Travel Update
3 Bulan Lagi, Penerbangan Langsung Thailand-Yogyakarta Akan Dibuka

3 Bulan Lagi, Penerbangan Langsung Thailand-Yogyakarta Akan Dibuka

Travel Update
Jelang Waisak 2024, Okupansi Hotel di Area Borobudur Terisi Penuh

Jelang Waisak 2024, Okupansi Hotel di Area Borobudur Terisi Penuh

Hotel Story
iMuseum IMERI FKUI Terima Kunjungan Individu dengan Pemandu

iMuseum IMERI FKUI Terima Kunjungan Individu dengan Pemandu

Travel Update
9 Wisata Malam di Jakarta, dari Taman hingga Aquarium

9 Wisata Malam di Jakarta, dari Taman hingga Aquarium

Jalan Jalan
Jangan Sembarangan Ambil Pasir di Pulau Sardinia, Ini Alasannya

Jangan Sembarangan Ambil Pasir di Pulau Sardinia, Ini Alasannya

Travel Update
6 Cara Cegah Kehilangan Koper di Bandara, Simak Sebelum Naik Pesawat

6 Cara Cegah Kehilangan Koper di Bandara, Simak Sebelum Naik Pesawat

Travel Tips
Maskapai Penerbangan di Australia Didenda Rp 1,1 Miliar karena Penerbangan Hantu

Maskapai Penerbangan di Australia Didenda Rp 1,1 Miliar karena Penerbangan Hantu

Travel Update
China Terapkan Bebas Visa untuk 11 Negara di Eropa dan Malaysia

China Terapkan Bebas Visa untuk 11 Negara di Eropa dan Malaysia

Travel Update
Pelepasan 40 Bhikku Thudong untuk Waisak 2024 Digelar di TMII

Pelepasan 40 Bhikku Thudong untuk Waisak 2024 Digelar di TMII

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com