Koteka terbuat dari kulit labu air yang dikeringkan dan dilengkapi dengan penutup kepala yang terbuat dari bulu cendrawasih atau kasuari. Sedangkan kaum perempuan Suku Dani mengenakan rok yang terbuat dari rumput atau serat pakis yang disebut sali. Saat membawa babi atau hasil panen ubi, para perempuan membawanya dengan tas tali atau noken yang diikatkan pada kepala mereka.
Suku Dani terbiasa berperang untuk mempertahankan desa mereka atau untuk membalas dendam bagi anggota suku yang tewas. Para ahli antropologi menjelaskan bahwa "Perang Suku Dani" lebih merupakan tampilan kehebatan dan kemewahan pakaian dengan dekorasinya daripada perang untuk membunuh musuh.
Perang bagi Suku Dani lebih menampilkan kompetensi dan antusiasme daripada keinginan untuk membunuh. Senjata yang digunakan adalah tombak panjang berukuran 4,5 meter, busur, dan anak panah. Seringkali, karena perang orang terluka daripada terbunuh, dan yang terluka dengan cepat dibawa keluar arena perang.
Puncak acara adalah pertempuran antara Suku Dani, Yali, dan Lani saat mereka mengirim prajurit terbaiknya ke arena perang mengenakan tanda-tanda kebesaran terbaik mereka. Festival ini dimeriahkan dengan pesta babi yang dimasak di bawah tanah disertai musik dan tari tradisional khas Papua. Ada juga seni dan kerajinan buatan tangan yang dipamerkan atau untuk dijual.