Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketika Luba Laya, Lontongnya Suku Dayak Lundayeh Bertemu Soto

Kompas.com - 22/08/2015, 10:39 WIB
Kontributor Nunukan, Sukoco

Penulis


NUNUKAN, KOMPAS.com - Meski bahannya sama-sama dari beras, namun karena beras yang digunakan adalah beras Adan dari Krayan yang dihasilkan dari pertanian organik, membuat rasa Luba’ Laya’ terasa lebih gurih dan sedikit rasa manis dibanding dengan beras biasa. Dari sisi penyajian, makanan khas suku Dayak Lundayeh di Kecamatan Krayan, Kabupaten Nunukan Kalimantan Utara ini lebih mirip dengan lontong.

Sebenarnya untuk membungkus Luba’ Laya' ini harus menggunakan daun Itip, sejenis pohon pisang pisangan yang biasanya ditanam untuk taman. Hal ini untuk mendapatkan bau harum yang khas. Karena sulitnya mendapatkan daun tersebut di Nunukan, KompasTravel hanya kebagian Luba’ Laya’ yang dibungkus dengan daun pisang.

Namun hal tersebut tidak mengurangi rasa Luba’ Laya' yang disajikan Ibu Dorma Kisu, pelestari kebudayaan suku Dayak Lundayeh siang itu. “Yang membuat beda rasanya itu ya bahan bakunya. Beras Adan ditanam dengan cara tradisional dan organik. Jadi rasanya otentik,” ujar pejabat Kasie Pelestarian Kebudayaan Dinas Pariwisata Kabupaten Nunukan tersebut.

Luba’ Laya’ seharusnya disantap dengan telu’ atau biter. Namun karena sulitnya mendapatkan bahan untuk membuat telu’ atau biter serta pengolahan yang membutuhkan waktu, siang itu Luba’ Laya’ disajikan Dorma dengan soto.

Untuk membuat telu’ bahan utamanya bisa daging atau ayam yang dicampur dengan beras Krayan yang dicampur dengan garam gunung dari Krayan. Kesulitan membuat telu’ adalah bahan bahan tersebut dicampur menjadi satu kemudian dimasukkan dalam bumbung dan ditutup rapat.

Adonan dalam bambu tersebut kemudian ditanam di sawah dengan cara direndam selama sebulan dengan menyisakan ujung bambu yang ditutup setinggi 5 cm dari permukaan tanah. Hasil fermentasi dari daging, beras dan garam gunung tersebut menghasilkan biter yang nikmat kala disantap dengan luba’ laya’.

“Kita juga tidak tahu orang tua kita bisa menemukan teknik memasak seperti itu. Karena rumit dan membutuhkan waktu, makanya kita sajikan dengan soto,” Imbuh Dorma Kisu.

Selain disantap dengan telu’, luba’ laya' bisa juga disantap dengan biter. Bahan utama biter adalah jamur kecil-kecil yang tumbuh pada pohon terap (tumbuhan khas Kalimantan) atau pohon mangga. Jamur tersebut dicampur dengan beras, garam gunung dan daun afa, daun yang tumbuh di hutan Krayan Selatan. Semua bahan yang dalam keadaan kering tersebut kemudian ditumbuk sampai halus.

Untuk memasak biter memang tidak diperlukan api, karena ukuran masak tidaknya biter ditentukan dari lumatnya semua bahan hingga halus. “Numbuknya harus sampai halus, baru bisa disebut sudah masak,” kata Dorma.

Meski hanya luba’ laya’ yang bisa disajikan Dorma siang itu, namun nikmatnya mengecap bahan pangan tanpa terkontaminasi bahan kimia adalah penglaman yang sangat langka. Meski Kecamatan Krayan masuk ke dalam salah satu kecamatan di Kabupaten Nunukan, namun untuk bisa menikmati beras krayan, warga Nunukan terpaksa merogoh kocek yang agak dalam.

Satu kilogram beras adan di Nunukan dihargai Rp 50.000. Ini disebabkan satu-satunya jalan yang bisa menjangkau Kecamatan Krayan dari Nunukan hanya dengan pesawat perintis. Untuk membawa satu kilogram beras krayan membutuhkan ongkos kirim Rp 30.000.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kemenuh Butterfly Park Bali Punya Wahana Seru

Kemenuh Butterfly Park Bali Punya Wahana Seru

Jalan Jalan
Kemenuh Butterfly Park Bali: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Jam Buka

Kemenuh Butterfly Park Bali: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Jam Buka

Jalan Jalan
Kapal Wisata Terbakar di Labuan Bajo, Wisatawan Diimbau Hati-hati Pilih Kapal

Kapal Wisata Terbakar di Labuan Bajo, Wisatawan Diimbau Hati-hati Pilih Kapal

Travel Update
5 Tips Traveling Saat Heatwave, Apa Saja yang Harus Disiapkan

5 Tips Traveling Saat Heatwave, Apa Saja yang Harus Disiapkan

Travel Tips
Penerbangan Bertambah, Sandiaga: Tiket Pesawat Mahal Sudah Mulai Tertangani

Penerbangan Bertambah, Sandiaga: Tiket Pesawat Mahal Sudah Mulai Tertangani

Travel Update
Pencabutan Status Bandara Internasional Tidak Pengaruhi Kunjungan Turis Asing

Pencabutan Status Bandara Internasional Tidak Pengaruhi Kunjungan Turis Asing

Travel Update
Bagaimana Cara agar Tetap Dingin Selama Heatwave

Bagaimana Cara agar Tetap Dingin Selama Heatwave

Travel Tips
Gedung Pakuan di Bandung: Lokasi, Jam Buka, dan Tiket Masuk

Gedung Pakuan di Bandung: Lokasi, Jam Buka, dan Tiket Masuk

Travel Update
Jogging with View di Waduk Tandon Wonogiri yang Berlatar Perbukitan

Jogging with View di Waduk Tandon Wonogiri yang Berlatar Perbukitan

Jalan Jalan
7 Tips Berkemah di Pantai agar Tidak Kepanasan, Jangan Pakai Tenda di Gunung

7 Tips Berkemah di Pantai agar Tidak Kepanasan, Jangan Pakai Tenda di Gunung

Travel Tips
Berlibur ke Bangkok, Pilih Musim Terbaik untuk Perjalanan Anda

Berlibur ke Bangkok, Pilih Musim Terbaik untuk Perjalanan Anda

Travel Tips
Cuaca Panas Ekstrem, Thailand Siapkan Wisata Pagi dan Malam

Cuaca Panas Ekstrem, Thailand Siapkan Wisata Pagi dan Malam

Travel Update
Pantai Kembar Terpadu di Kebumen, Tempat Wisata Edukasi Konservasi Penyu Tanpa Biaya Masuk

Pantai Kembar Terpadu di Kebumen, Tempat Wisata Edukasi Konservasi Penyu Tanpa Biaya Masuk

Travel Update
Siaga Suhu Panas, Petugas Patroli di Pantai Bangka Belitung

Siaga Suhu Panas, Petugas Patroli di Pantai Bangka Belitung

Travel Update
Cara ke Museum Batik Indonesia Naik Transjakarta dan LRT

Cara ke Museum Batik Indonesia Naik Transjakarta dan LRT

Travel Tips
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com