Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menghidupkan Seni, Mencintai Sungai

Kompas.com - 11/10/2015, 13:10 WIB
Mencintai sungai

Festival Bengawan Solo mengirimkan pesan betapa pentingnya menjaga sungai. Air Bengawan Solo jadi sumber air baku perusahaan daerah air minum, termasuk di Bojonegoro. Di sisi lain, Bengawan Solo menjadi keranjang sampah dan tempat pembuangan limbah pabrik ataupun rumah tangga. Penambangan pasir yang masif merusak tanggul sungai dan mengancam konstruksi jembatan dan bendung gerak.

Bengawan Solo adalah sumber pengetahuan dan inspirasi. Gesang, melalui lagu ”Bengawan Solo”, mengingatkan betapa besar peran sungai yang membentang sepanjang 548,43 kilometer sebagai jalur perdagangan yang melintasi wilayah di Jawa Tengah hingga Jawa Timur.

Bengawan Solo merupakan sungai purba yang menjangkau lintas daerah dan lintas masa. Kelompok Kerja Kebudayaan Bojonegoro mencatat, nama Bengawan Solo digunakan di abad ke-18, masa Keraton Surakarta. Di masa Hindu Buddha dikenal Bengawan Wuluayu, diambil dari nama desa penambangan (penyeberangan), sebagaimana tercatat dalam Prasasti Canggu yang dikeluarkan Raja Hayam Wuruk pada 1358 Masehi.

Pada masa Kesultanan Mataram Bengawan Solo disebut Bengawan Semanggi, diambil dari nama desa di Pasar Kliwon, Surakarta. Semanggi jadi bandar niaga kapal dagang yang hilir mudik dari Solo hingga di Gresik, Jatim. Setelah keraton dipindah dari Kartasura ke Dusun Sala, perkembangan sosial ekonomi Solo berpengaruh pada sebutan para saudagar dari luar menuju pusat pemerintahan dekat bengawan, hingga masyurlah Bengawan Solo.

Bojonegoro saat itu masuk Kadipaten Jipang, menjadi salah satu urat nadi perdagangan. Setidaknya itu dibuktikan dengan temuan perahu kuno di Desa Padang, pada 2007 dan perahu besi masa VOC (Verenigde Oostindische Compagnie) di Desa Ngraho, Kecamatan Gayam.

Menurut Bupati Bojonegoro Suyoto, Bengawan Solo jadi cermin diri dan warganya. Tak perlu ke semua pelosok pedesaan untuk memahami Bojonegoro, cukup pergi ke Bengawan Solo. ”Dulu, tak ada bibir sungai menganga, kedalaman ekstrem hanya ada di tikungan. Beberapa tahun terakhir, ada banyak luka di sepanjang tubuhnya. Luka lantaran mesin penyedot pasir yang terus menghajarnya,” katanya.

Pada 2014, penambang pasir di Bojonegoro yang memakai mesin mekanik (penyedot) mencapai 223 unit, penambang pasir manual (tradisional) sebanyak 70 unit dan pemilik tambang pasir sebanyak 208 orang. Masyarakat perlu diberi pengertian, penambangan dengan mesin penyedot bisa merusak lingkungan. Sosialisasi dilakukan hingga desa-desa.

Penambangan secara mekanik dilarang, operasi tambang pasir ilegal digencarkan. Penambang pasir ilegal di sepanjang sungai tidak cukup ditertibkan dengan jalan hukum, tetapi perlu pendekatan sosial dan lingkungan. ”Kecintaan dan kesadaran menjaga sungai harus dimiliki semua orang, khususnya di desa sekitar bengawan. Festival Bengawan Solo hanya titip pesan,” ujarnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

6 Tips Penting untuk Merencanakan Liburan Keluarga

6 Tips Penting untuk Merencanakan Liburan Keluarga

Travel Tips
3 Mall Solo dekat Stasiun Purwosari, Bisa Jalan Kaki

3 Mall Solo dekat Stasiun Purwosari, Bisa Jalan Kaki

Jalan Jalan
Minimarket di Jepang dengan Latar Belakang Gunung Fuji Timbulkan Masalah

Minimarket di Jepang dengan Latar Belakang Gunung Fuji Timbulkan Masalah

Travel Update
Desa Wisata di Spanyol Binibeca Vell Terancam Ditutup Akibat Lonjakan Jumlah Wisatawan

Desa Wisata di Spanyol Binibeca Vell Terancam Ditutup Akibat Lonjakan Jumlah Wisatawan

Travel Update
Naik Whoosh, Dapat Diskon dan Gratis Masuk 12 Tempat Wisata di Bandung

Naik Whoosh, Dapat Diskon dan Gratis Masuk 12 Tempat Wisata di Bandung

Travel Update
7 Hotel Dekat Bandara Ngurah Rai Bali, Ada yang Jaraknya 850 Meter

7 Hotel Dekat Bandara Ngurah Rai Bali, Ada yang Jaraknya 850 Meter

Hotel Story
6 Taman untuk Piknik di Jakarta, Liburan Hemat Bujet

6 Taman untuk Piknik di Jakarta, Liburan Hemat Bujet

Jalan Jalan
7 Taman Gratis di Yogyakarta, Datang Sore Hari Saat Tidak Terik

7 Taman Gratis di Yogyakarta, Datang Sore Hari Saat Tidak Terik

Jalan Jalan
Istana Kepresidenan Yogyakarta Dibuka untuk Umum, Simak Caranya

Istana Kepresidenan Yogyakarta Dibuka untuk Umum, Simak Caranya

Travel Update
Jadwal Kereta Cepat Whoosh Mei 2024

Jadwal Kereta Cepat Whoosh Mei 2024

Travel Update
Cara Berkunjung ke Museum Batik Indonesia, Masuknya Gratis

Cara Berkunjung ke Museum Batik Indonesia, Masuknya Gratis

Travel Tips
Amsterdam Ambil Langkah Tegas untuk Atasi Dampak Negatif Overtourism

Amsterdam Ambil Langkah Tegas untuk Atasi Dampak Negatif Overtourism

Travel Update
Perayaan Hari Tri Suci Waisak 2024 di Borobudur, Ada Bhikku Thudong hingga Pelepasan Lampion

Perayaan Hari Tri Suci Waisak 2024 di Borobudur, Ada Bhikku Thudong hingga Pelepasan Lampion

Travel Update
Destinasi Wisata Rawan Copet di Eropa, Ternyata Ada Italia

Destinasi Wisata Rawan Copet di Eropa, Ternyata Ada Italia

Jalan Jalan
Kenaikan Okupansi Hotel di Kota Batu Tidak Signifikan Saat Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus

Kenaikan Okupansi Hotel di Kota Batu Tidak Signifikan Saat Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com