Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bersama Seli Sambil Berburu Kuliner

Kompas.com - 24/10/2015, 13:18 WIB
PARA penggemar sepeda lipat (seli) dari sejumlah kota berkumpul di Solo, Jawa Tengah, dalam Jambore Sepeda Lipat Nasional Ke-5, Jumat-Minggu (16-18/10/2015).

Mereka menjelajahi Solo, dari blusukan ke Kampung Laweyan berburu batik hingga memuaskan hasrat mencecap sajian kuliner khas kota ”Bengawan.” Mereka mulai berdatangan di Solo sejak Jumat.

Sabtu pagi, mereka berkumpul di Taman Balekambang, sekitar pukul 06.30, untuk mulai gowes menjelajah Solo hingga daerah pinggiran Solo di Sukoharjo dan Boyolali.

Di Balekambang, rombongan pesepeda dilepas oleh Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya.

Rombongan besar pesepeda mengawali perjalanan dari garis start Taman Balekambang melewati Kampung Laweyan yang merupakan sentra industri batik Solo.

Dari kampung batik Laweyan, pesepeda menuju Waduk Cengklik, Boyolali, melintasi jalan pedesaan yang membelah lahan persawahan di Kecamatan Gawok dan Kartasura, Kabupaten Sukoharjo.

Tiba di Waduk Cengklik, mereka beristirahat sebelum kembali ke garis finish di Taman Balekambang.

Menurut Ketua Panitia Jamselinas Heru Joko Satriyo, acara ini diikuti 700 peserta yang menempuh jarak total 42 kilometer.

Kepraktisan seli menyatukan para pesepeda dalam perjumpaan di Jamselinas Solo.

Eddy Wayan Tanaya (56) dari komunitas sepeda Tanjakan Turunan Blusukan (TTB ) Jakarta, menuturkan, seli sangat praktis dan cocok digunakan, baik di perkotaan maupun bersepeda santai.

”Di Jakarta, seli enak digunakan untuk melewati jalan-jalan kecil ke luar Jakarta, misalnya ke Tangerang. Kalau sudah capek, baliknya tinggal dilipat saja pulang naik KRL. Mudah dibawa sehingga praktis,” katanya.

Alasan kepraktisan juga menjadi dasar bagi Ari Budiono, Amel Damayanti dan sang anak, Zaki (9), mulai menggemari seli.

Selain seli, Ari mengaku memiliki sepeda jenis all mountain dan sepeda balap.

”Seli lebih santai, enak diajak jalan-jalan. Dibawa travelling praktis, bisa di-masukin ke bagasi,” ujar Ari yang berangkat dari Jakarta ke Solo membawa kendaraan sendiri dengan mengangkut tiga seli di bagasi mobilnya.

Sugiyarto dari Komunitas Sepeda Bank Permata Surabaya, mengaku menikmati menjelajahi Solo bersama seli yang khusus dibawanya dari Surabaya.

Terlebih karena jalanan di dalam kota Solo tidak macet seperti Surabaya.

”Jalan utama dalam kota Solo, seperti Slamet Riyadi, asyik untuk bersepeda karena banyak pohon-pohon besar sehingga rindang,” katanya.

Bukan melulu soal bersepeda, Jamselinas ini dimanfaatkan pesertanya untuk berburu kuliner dan batik.

Dewa Sina (45) dari Komunitas Qwerty Bekasi mengaku datang ke Solo khusus mengincar kulinernya, terutama nasi liwet Mbak Yanti, serabi Notosuman, soto kwali, serta susu segar dan roti bakar Shi Jack. ”Kami mengutamakan chatting, makan, dan sepedaan,” katanya.

Sementara itu, Dewi (36), peserta Jamselinas, memanfaatkan Jamselinas Solo untuk berburu batik di Laweyan.

Selain itu, menjajal kereta uap atau Sepur Kluthuk Jaladara dengan rute Stasiun Purwosari-Stasiun Kota Sangkrah yang melintasi tengah kota Solo berjarak sekitar 5,6 kilometer. (RWN)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com