Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sorot "Sokle" Goa Terawang

Kompas.com - 02/11/2015, 16:07 WIB
HUJAN belum juga datang. Di Kabupaten Blora, Jawa Tengah, sinar matahari di siang hari serasa membakar kulit.

Dari tengah kota kabupaten menuju Goa Terawang yang terletak di Desa Kedungwungu, Kecamatan Todanan, sekitar 35 kilometer arah barat Blora, hawa panas sungguh tidak bersahabat.

Pemandangan sepanjang jalan membuat mata makin pedas. Sawah dan ladang mengering. Sungai berisi batu dan rumput setengah hijau menjadi rebutan sejumlah kambing yang kelaparan.

Jalan aspal sebagian terkelupas, kadang berdebu, sebagian sudah dibeton warna putih.

Begitulah yang kami temui sepanjang jalan menuju Goa Terawang dengan naik ojek.

Sebenarnya, tentu akan lebih cepat dengan naik kendaraan roda empat, tetapi karena sekaligus hendak mengambil gambar dan video dalam perjalanan, kendaraan roda dua menjadi pilihan.

”Goa Terawang terbagi menjadi lima bagian. Tempat ini kadang menjadi latar belakang pembuatan film dan fotografi karena keunikan yang ada di dalamnya,” kata Slamet Riyadi, pengelola Goa Terawang, yang sudah 20 tahun tekun merawat goa, mengawali penjelasannya pada awal Oktober lalu.

Slamet yang menemani Kompas mengelilingi goa merupakan pegawai Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Perhutani Blora.

Sambil berjalan berkeliling, dia cekatan memunguti sampah organik yang bercampur dengan botol plastik, kertas koran, dan kardus.

”Plastik yang sobek-sobek ini hasil kais-mengais kera yang mencari makan,” ujar Slamet.

Di sekitar goa, pengunjung akan menemui sejumlah kera yang menanti uluran makanan. Satwa-satwa itu tidak bersikap agresif dengan pengunjung.

Goa Terawang adalah goa pegunungan kapur yang berumur kira-kira 10 juta tahun.

Tempat wisata alam ini berada pada ketinggian 172 meter di atas permukaan laut (mdpl), mempunyai suhu udara 21,8 derajat hingga 37 derajat celsius dengan curah hujan 1.570 milimeter.

Di Kabupaten Blora, wisatawan pencinta alam juga masih bisa bertualang di Goa Kidang, Goa Sentono, Gunung Manggir, dan Gubug Payung.

Goa Terawang memiliki lima kompartemen terpisahkan oleh stalaktit besar yang membentuk semacam pembatas. Masing-masing dinamai Terawang Satu sampai lima.

Berbeda dengan goa lainnya yang bernuansa gelap, sesaat kita melangkah masuk dengan kedalaman 5-12 meter, kondisi di dalam goa cukup terang. Bahkan, di Terawang Lima, lubang di atap goa lumayan besar.

Sinar matahari bisa masuk memenuhi ruang goa yang berada di bawahnya.

Bias sinar sebagian menerobos melalui daun-daun, bahkan tidak jarang kita melihat beberapa ekor kera sedang berloncatan di antara ranting pohon.

Sinar matahari yang paling unik di Terawang Tiga. Langit goa tersebut mempunyai dua lubang kecil.

Pada saat matahari berada tepat di atas lubang, dua sinar yang masuk menerobos kegelapan tampak bagaikan sorot sokle (search sky light).

Lampu sorot sokle biasanya dipakai untuk menarik perhatian pada acara besar yang membutuhkan kehadiran banyak pengunjung. Di Yogyakarta, biasanya dipakai untuk menandai peristiwa sekaten di Alun-alun Utara.

Sorot sokle di Goa Terawang juga mengingatkan adegan film Mister Bean yang mendadak jatuh dari langit.

Banyak pengunjung selfie dengan telepon seluler berkali-kali. Bagi pencinta fotografi, sinar itu juga menjadi obyek yang menarik.

”Kalau bagi saya yang menarik adalah stalagmit, batuan di lantai goa yang berbentuk tokoh wayang Semar, lihat bentuk badannya sangat mirip. Dan sampai sekarang batuan ini masih dalam proses pembentukan karena ada tetesan air dari atas,” kata Slamet.

Daya tarik lain yang bisa dikembangkan, lahan di sekitar Goa Terawang yang luasnya 12 hektar dapat menjadi modal untuk kemping dan outbound.

Dari segi infrastruktur, untuk menjangkau Goa Terawang tak ada halangan. Akses jalan yang memadai terhubung ke jalan raya Purwodadi dan Blora.

Banyak lahan kosong yang bisa dimanfaatkan untuk parkir kendaraan atau menggelar tikar, bermain dan makan bersama keluarga.

Kabupaten Blora mempunyai luas wilayah sekitar 1.820 kilometer persegi dengan jumlah penduduk 850.000 jiwa.

Potensi kepariwisataan tidak hanya tergantung dari alam. Blora paling tidak memiliki 75 tempat yang bisa dijadikan destinasi pariwisata.

Menurut Kepala Dinas Perhubungan Pariwisata Kebudayaan, Komunikasi, dan Informatika Kabupaten Blora Slamet Pamudji, tujuh unggulan obyek wisata yaitu wisata alam, wisata buatan, wisata religi, wisata budaya, geowisata, agrowisata, serta sentra industri dan kerajinan.

Wisata alam buatan, misalnya, Waduk Greneng di Kecamatan Tunjungan dan Waduk Tempuran di Kecamatan Blora.

Tentu saja, kalau ke Blora, banyak yang langsung teringat Samin Surosentiko, seorang mahaguru cara hidup sederhana dengan ajaran sikepnya. Sejarah Samin Surosentiko bisa ditelusuri di Kampung Samin Klopoduwur.

Di Cepu, sebuah kecamatan yang menonjol karena minyak, ada juga wisata hutan dengan menaiki kereta yang ditarik lokomotif tua tahun 1928.

Gubernur Jateng Ganjar Pranowo pernah mencoba loko tour ini dan sangat terkesan. Akan tetapi, biaya untuk mengoperasionalkan loko tersebut cukup mahal. Sekali perjalanan bisa mencapai Rp 15 juta.

Mungkin, sebaiknya, wisata alam seperti Goa Terawang itulah yang seharusnya dibantu pengembangannya oleh Provinsi Jateng.

Paling tidak, dimulai dengan memperjelas sinergi antara dinas pariwisata dan Perhutani demi memajukan pariwisata Blora. (Bambang Sigap Sumantri)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com