Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pesona Batu Samudera Pasai, Asalnya dari Berbagai Negara

Kompas.com - 27/12/2015, 09:58 WIB
Kontributor Lhokseumawe, Masriadi

Penulis


LHOKSEUMAWE, KOMPAS.com - Sepertinya "zaman batu" belum berakhir di Aceh. Kalimat itu cocok ditabalkan untuk batu yang berasal dari Kerajaan Samudera Pasai (Pase), Aceh Utara. Di lokasi kerajaan Islam pertama di nusantara itu banyak ditemukan berbagai macam jenis batu dari seluruh negeri.

Ihwal batu itu diungkapkan Sayed Ahmad Sabiq, pemilik Aceh Gamestone di Desa Mon Geudong, Kecamatan Banda Sakti, Lhokseumawe, Aceh kapada KompasTravel, Minggu (27/12/2015). Berbagai batu seperti akik dan batu mulia tersimpan di perut bumi Kerajaan Pase.

“Batu itu akik dan batu mulia. Misalnya di bekas kerajaan di Kecamatan Samudera dan Kecamatan Syamtalira Bayu, Aceh Utara saya temukan batu dari China, Rusia, Persia, bahkan ada batu jenis Turquoise atau Pirus dari China,” sebut Sayed.

Menurutnya, batu tersebut didatangkan oleh raja-raja Pase pada abad ke 12 masehi. Peneliti sejarah Kerajaan Samudera Pase, Taqiyuddin Muhammad membenarkan bahwa kawasan kerajaan Pase tempo abad ke-12 membentang dari Kecamatan Samudera hingga Kecamatan Syamtalira Bayu, Aceh Utara.

“Batu-batu itu memang khusus didatangkan. Jadi, soal batu untuk aksesoris, cincin dan lain sebagainya sebenarnya sudah menjadi tren sejak zaman dulu,” ungkap Sayed.

KOMPAS.COM/MASRIADI Batu Pase jenis Blue Sapire dibadrol dengan harga Rp 250 juta
Dia merupakan pedagang khusus batu Pase. Batu lainnya jenis giok dan sebagainya hanya dijual sekadarnya saja. Soal peminat, sambung Sayed, batu Pase umumnya disukai oleh pembeli dari Brunei Darussalam, Malaysia, Turki, dan negara Islam lainnya.

“Tentang batu, Pase (Aceh Utara dan Lhokseumawe) ini beruntung. Seluruh jenis batu dari belahan dunia mana pun ada di sini. Biasanya, satu negara hanya memiliki empat corak batu saja, Pase memiliki seluruhnya,” terang Sayed.

Pria berambut gondrong ini menekuni usaha batu jauh sebelum demam batu melanda nusantara. Puluhan tahun lalu, dia telah berburu batu ke pelosok Aceh.

“Soal harga, batu Pase bisa kita jual paling murah itu Rp 200.000. Saat ini saya punya Blue Sapphire dengan 98,89 karat dan sertifikat dari Grilab Jakarta. Bahannya saya jual 250 juta rupiah. Kalau sudah jadi cincin, harganya bisa jauh lebih mahal,” ujarnya.

Apakah minat pembeli terhadap batu Pase menurun seiring dengan memudarnya tren batu di tanah air? Sayed tersenyum tipis. Dia buru-buru menjawab bahwa tidak pernah terjadi penurunan minat pembeli untuk batu Pase.

“Pembeli terus berdatangan dari luar negeri. Yang turun itu kan giok, itu pun karena masyarakat kita terlalu jor-joran melepaskan batu-batunya. Sehingga barang jadi banyak dan harga anjlok,” terangnya.

KOMPAS.COM/MASRIADI Sayed Ahmad Sabiq, pemilik Aceh Gamestone, sedang menyusun batu Pase miliknya di Lapangan Hiraq, Lhokseumawe, Aceh, Minggu (27/12/2015)
Dia menilai, strategi bisnis dari penggiat batu Aceh kurang mumpuni. Kondisi itu membuat harga batu semakin murah. Namun, tidak untuk batu Pase.

“Sampai sekarang pesona batu Pase masih bertahan. Pesonanya sampai ke belahan dunia mana pun. Khususnya negara Muslim,” ujarnya.

Kini, Aceh Utara dan Lhokseumawe sebagai bekas kawasan Kerajaan Samudera Pase tidak hanya dikenal karena kebesaran nama kerajaan itu. Namun, juga dikenal karena kilau batu aneka warna yang kian mempesona. Membawa harum nama kawasan itu ke mancanegara.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Gunung Batu Jonggol Bogor: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Lokasi

Gunung Batu Jonggol Bogor: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Lokasi

Jalan Jalan
Ocean Park BSD City Tangerang: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Jam Buka

Ocean Park BSD City Tangerang: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Jam Buka

Jalan Jalan
Scoot Terbangkan Pesawat Embraer E190-E2 Pertama

Scoot Terbangkan Pesawat Embraer E190-E2 Pertama

Travel Update
5 Tips Traveling dengan Hewan Peliharaan yang Aman

5 Tips Traveling dengan Hewan Peliharaan yang Aman

Travel Tips
Traveloka dan Baby Shark Beri Diskon Liburan Sekolah hingga 50 Persen

Traveloka dan Baby Shark Beri Diskon Liburan Sekolah hingga 50 Persen

Travel Update
4 Kesalahan yang Harus Dihindari Saat Melawati Keamanan Bandara

4 Kesalahan yang Harus Dihindari Saat Melawati Keamanan Bandara

Travel Tips
KAI Sediakan 739.000 Kursi Saat Long Weekend Kenaikan Yesus Kristus

KAI Sediakan 739.000 Kursi Saat Long Weekend Kenaikan Yesus Kristus

Travel Update
Kadispar Bali: Pungutan Wisatawan Asing Sudah Hampir Rp 79 Miliar

Kadispar Bali: Pungutan Wisatawan Asing Sudah Hampir Rp 79 Miliar

Travel Update
Tips Jogging with View di Waduk Tandon Wonogiri, Jangan Kesiangan

Tips Jogging with View di Waduk Tandon Wonogiri, Jangan Kesiangan

Travel Tips
Tips Atas Bengkak Selama Perjalanan Udara, Minum hingga Peregangan

Tips Atas Bengkak Selama Perjalanan Udara, Minum hingga Peregangan

Travel Tips
Harga Tiket Wisata Pantai di Bantul Terkini, Parangtritis hingga Pandansimo

Harga Tiket Wisata Pantai di Bantul Terkini, Parangtritis hingga Pandansimo

Travel Update
Ada Pungli di Curug Ciburial Bogor, Sandiaga: Perlu Ditindak Tegas

Ada Pungli di Curug Ciburial Bogor, Sandiaga: Perlu Ditindak Tegas

Travel Update
Menparekraf Bantah Akan Ada Pungutan Dana Pariwisata kepada Wisatawan

Menparekraf Bantah Akan Ada Pungutan Dana Pariwisata kepada Wisatawan

Travel Update
Sandiaga Dukung Sanksi Tegas untuk Penyulut 'Flare' di Gunung Andong

Sandiaga Dukung Sanksi Tegas untuk Penyulut "Flare" di Gunung Andong

Travel Update
Waktu Terbaik untuk Beli Tiket Pesawat agar Murah, Jangan Mepet

Waktu Terbaik untuk Beli Tiket Pesawat agar Murah, Jangan Mepet

Travel Tips
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com