Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kalau Mau Tahu tentang Ulos dan Adat Batak, Mampir ke Galery Sianipar

Kompas.com - 28/01/2016, 11:32 WIB
Kontributor Medan, Mei Leandha

Penulis

MEDAN, KOMPAS.com - Sore di Jalan AR Hakim Gang Pendidikan Medan. Saat melintasi jalan selebar tiga meter ini, tiba-tiba mataku terbelalak melihat satu Rumah Bolon (rumah besar dalam adat suku Batak) ada di tengah-tengah Kota Medan. Niat awal mau menemui seorang teman, batal seketika.

Aku langsung berbelok masuk dan memarkirkan sepeda motorku. Seorang security berbadan tegap menghampiri dan menyapa ku. "Dari mana? Duduk situ, ngopi dulu. Biar saya buatkan, ini kopi bagus dan kualitas terbaik dari Dolok Sanggul, gratis kok," katanya ramah.

Tangannya menunjuk dua pasang bangku dan meja dari kayu Dori (Gerunggang nama ilmiahnya) yang berada di kolong rumah Bolon. Aku langsung manut saja. Sambil menunggu kopi datang, kupandangi sekeliling. Patung-patung dari kayu, ukurannya tinggi dan kecil, semuanya memakai ulos.

Di samping tangga rumah, ada gantungan dari kayu tempat berbagai ulos dijejerkan. Kulongokkan kepalaku ke lantai atas, terlihat beberapa Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM) dari kayu dan bambu anggun berdiri.

"Silahkan," kata Sihombing, akhirnya aku tahu namanya.

"Siapa yang punya ini, bang? Itu di dalam, ulos-ulosnya dijual kah? Aku mau nengok-nengok dan ngobrol-ngobrol sama yang punya, ada orangnya?" tanyaku.

"Sebentar, saya panggilkan," jawab Sihombing.

Baru kuseruput kopi yang disajikan, seorang laki-laki berbaju batik motif Gorga khas Batak datang dengan senyum mengembang keluar dari galeri berdinding dan pintu kaca. Dia langsung menyalamiku, menyilakan duduk kembali dan memperkenalkan diri.

KOMPAS.COM/MEI LEANDHA Aneka patung dan aksesoris harganya mulai Rp 5.000 sampai Rp 28 juta di Galery Ulos Sianipar, Medan, Sumatera Utara.
Robert Sianipar namanya, dialah pemilik pertenunan ulos Sianipar, usaha pembuatan ulos dan songket tradisional suku Batak. Nama kerennya, Galery Ulos Sianipar dan UKM Bersama. "Habiskan dulu kopinya, biar masuk kita. Liat-liat ulos dan pernak-pernik. Ada juga makanan produk UKM. Semua barang di sini berkualitas, berciri khas dan layak dibanggakan," katanya.

Menurut Robert, ini usaha turun temurun, warisan orang tuanya yang kebetulan penenun dan pedagang ulos. "Jadi sejak kecil aku sudah akrab dengan ulos dan aku menyukai semua corak dan motifnya. Galery ini dibangun 28 Juni 1992. Inspirasi membuat pertenunan karena di 1987-an kulihat permintaan ulos tinggi tapi produksi minim. Kuajak lah sekitar 17 orang bergabung, sampai 1995 jadi 120 penenun," tutur Robert.

Namun tahun 2013 tinggal separuh penenun yang mau bertahan. Dari pagi hingga senja, 53 penenun ulos dan tujuh penenun songket bekerja. Mulai dari belasan lembar hingga akhirnya ratusan lembar ulos per hari.

Untuk songket, baru diproduksi pada 1997, rata-rata 15 lembar tiap harinya. Karena semakin berkurangnya jumlah tenaga kerja, akhirnya tinggal puluhan ulos dan songket yang dihasilkan setiap hari.

"Semua jenis ulos Sadum kami produksi. Ini ulos ragi hotang, ini ragi hidup, ini Angkola punya. Ada juga ulos Mandailing dan Sipirok. Ini songket. Kita modifikasi juga untuk mengikuti tren dan perkembangan jaman. Kayak itu, kita buat kemeja. Ada juga sarung bantal, bagus kan?" tanyanya sambil menunjukkan koleksinya yang sudah menembus hampir seluruh tanah Eropa.

Untuk Indonesia, ulos dan songket diminati hampir semua kalangan karena harganya terjangkau dan kualitasnya tidak mengecewakan. Ulos sadum harganya mulai Rp 15.000 sampai Rp 10 juta. Kalau songket, mulai Rp 400 ribuan sampai Rp 3 jutaan.

Untuk patung dan aksesoris dihargai mulai Rp 5.000 sampai Rp 28 juta. Kalau ulosnya dijadikan kemeja maka harganya mulai Rp 335 ribu sampai Rp 450 ribu. Songket lebih bahal karena sudah berbahan sutra, mulai Rp 95 ribu hingga Rp 2 jutaan.

KOMPAS.COM/MEI LEANDHA Robert Sianipar, pemilik pertenunan Ulos Sianipar di Medan, Sumatera Utara.
"Motif sadum yang paling banyak diminati dan dijual ke luar negeri. Kalau di tenun padat, lima bulan baru selesai, benangnya juga asli. April ini kita buka lagi di Hongkong. Alasannya Hongkong lebih fashionable. Jadi kalau menghadapi MEA, kita sudah siaplah," kata anak kedua dari delapan bersaudara ini.

Dari awal, lanjut Robert, dirinya serius mendalami ulos dan pembuatan kain-kain tradisional lainnya. Sampai-sampai, usai menamatkan SMA dia merantau ke Bandung untuk belajar pewarnaan tekstil.

"Aku serius mendalami ulos, khususnya pertenunan. Sebaiknya juga, untuk usaha seperti ini memang orang Batak yang mengelolanya karena lebih paham. Ada aturan adat dalam penggunaan ulos, tidak bisa setengah-setengah tahunya, bisa marah nanti yang paham adat," ucap laki-laki kelahiran Medan 28 Juli 1973 itu.

"Ulos asli, tidak boleh diubah atau modifikasi. Namun kain bermotif ulos boleh saja. Perbedaannya dari warna dan bahan benang yang digunakan, yang memungkinkannya dicuci sesering mungkin," tambahnya.

Robert mengajak semua pihak khususnya pemerintah untuk membantu mengenalkan dan mengembangkan warisan budaya ini, tidak hanya di Suku Batak saja, tapi seluruh dunia. Keinginannya ini diakomodir Bank Indonesia Perwakilan Wilayah IX, Sumut dan Aceh.

Pertenunan Ulos Sianipar menerima penghargaan dari Museum Rekor Dunia Indonesia (Muri) atas rekor pemrakarsa pembuatan ulos terpanjang di dunia mencapai 433 meter. Ulos tersebut adalah hasil karya 20 penenun yang merupakan binaan BI yang dikerjakan selama tujuh bulan.

KOMPAS.COM/MEI LEANDHA Galery Ulos Sianipar dan UKM Bersama di Jalan AR Hakim Gang Pendidikan Medan, Sumatera Utara.
"Di sini juga bergabung para UKM yang memasarkan produk khas Sumut. Ada kopi, dodol, coklat, penganan, camilan, dan lainnya. Harapanku, galeri ini menjadi ikon Kota Medan dan Sumatera Utara. Jadi setiap wisatawan yang ke Medan, mampirlah ke sini. Bisa tahu sejarah, budaya dan adat Batak, melihat langsung pembuatan ulos, dan pulang membawa oleh-oleh khas Sumut," katanya lagi.

Tak terasa, percakapan kami menjadi menghantar malam. Dia mengantarkan saya sampai ke parkiran. "Harus kita yang mencintai dan membanggakan, kalau tidak siapa lagi? Kenapa kita harus bangga dengan produk luar. Jadi lah diri sendiri dan percaya diri, itu kuncinya," kata Robert sambil menjabat tanganku.

"Mauliate...," ucapnya lirih sebelum punggungku benar-benar hilang ditelan gelap.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

8 Penginapan di Ciwidey dengan Kolam Air Panas, Cocok untuk Relaksasi

8 Penginapan di Ciwidey dengan Kolam Air Panas, Cocok untuk Relaksasi

Hotel Story
Capaian Timnas U-23 di Piala Asia Bawa Dampak Pariwisata untuk Indonesia

Capaian Timnas U-23 di Piala Asia Bawa Dampak Pariwisata untuk Indonesia

Travel Update
Harga Tiket Masuk Taman Safari Prigen 2024 dan Cara Pesan via Online

Harga Tiket Masuk Taman Safari Prigen 2024 dan Cara Pesan via Online

Travel Tips
3 Promo BCA Australia Travel Fair 2024, Ada Cashback hingga Rp 2 Juta

3 Promo BCA Australia Travel Fair 2024, Ada Cashback hingga Rp 2 Juta

Travel Update
4 Promo Tiket Pesawat dan Tur BCA Australia Travel Fair, Rp 7 Juta ke Perth PP

4 Promo Tiket Pesawat dan Tur BCA Australia Travel Fair, Rp 7 Juta ke Perth PP

Travel Update
Hari Ini, BCA Australia Travel Fair 2024 Digelar di Gandaria City

Hari Ini, BCA Australia Travel Fair 2024 Digelar di Gandaria City

Travel Update
10 Tips Wisata Saat Cuaca Panas, Pakai Tabir Surya dan Bawa Topi

10 Tips Wisata Saat Cuaca Panas, Pakai Tabir Surya dan Bawa Topi

Travel Tips
5 Wisata di Palangka Raya, Ada Wisata Petik Buah

5 Wisata di Palangka Raya, Ada Wisata Petik Buah

Jalan Jalan
5 Tips ke Museum iMuseum IMERI FKUI di Jakarta, Reservasi Dulu

5 Tips ke Museum iMuseum IMERI FKUI di Jakarta, Reservasi Dulu

Travel Tips
Cara Menuju ke Bukit Tangkiling Kalimantan Tengah

Cara Menuju ke Bukit Tangkiling Kalimantan Tengah

Jalan Jalan
Bukit Tangkiling Palangka Raya untuk Pencinta Alam dan Petualangan

Bukit Tangkiling Palangka Raya untuk Pencinta Alam dan Petualangan

Jalan Jalan
Rute Menuju ke Jungwok Blue Ocean Gunungkidul, Yogyakarta

Rute Menuju ke Jungwok Blue Ocean Gunungkidul, Yogyakarta

Jalan Jalan
Segara Kerthi Diperkenalkan ke Delegasi World Water Forum di Bali, Apa Itu?

Segara Kerthi Diperkenalkan ke Delegasi World Water Forum di Bali, Apa Itu?

Travel Update
Sederet Aktivitas Seru di Jungwok Blue Ocean, Tak Hanya Bisa Foto

Sederet Aktivitas Seru di Jungwok Blue Ocean, Tak Hanya Bisa Foto

Jalan Jalan
Kering sejak Maret 2024, Waduk Rajui Jadi Spot Instagramable di Aceh

Kering sejak Maret 2024, Waduk Rajui Jadi Spot Instagramable di Aceh

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com