Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rumah Gadang di Nagari Sumpur

Kompas.com - 05/03/2016, 18:35 WIB
Sangat berarti

Kepala Pusat Studi Konservasi Universitas Bung Hatta (Pusaka UBH) Padang Eko Alvares Z yang sejak awal terlibat dalam kegiatan konservasi di Sumpur, mengatakan, keberhasilan membangun kembali rumah gadang sangat berarti.

Menurut dia, keberhasilan itu memperlihatkan semangat partisipatif berbagai pihak selama proses pembangunan, mulai masyarakat Nagari Sumpur, Pusaka UBH sebagai motor dan Tirto Utomo Foundation, Badan Pelestarian Pusaka Indonesia (BPPI), Pemerintah Kabupaten Tanah Datar, Rumah Asuh, Forum Kampuang Minang Nagari Sumpur dan Ikatan Keluarga Sumpur (Ikes) sebagai pendukung.

Pembangunan satu rumah gadang di Nagari Sumpur memang melewati proses yang panjang. Seperti halnya pembangunan rumah gadang pertama misalnya.

Pada Juli 2013 atau dua bulan setelah kebakaran, berbagai pihak duduk bersama pada acara bertema: ”Sumpur, Warisan Budaya yang Berpotensi Menjadi Tujuan Wisata Budaya Dunia”.

Sebagai bagian dari upaya mewujudkan Sumpur sebagai tujuan wisata budaya, pertemuan itu menyepakati pembangunan kembali rumah gadang yang terbakar.

Setelah berproses selama hampir setahun, pada April 2014 digelar prosesi Batagak Tonggak Tuo atau menegakkan tonggak pertama rumah gadang.

Prosesi adat yang merupakan rangkaian kegiatan berbasis kearifan budaya itu diawali rapat adat, kemudian dilanjutkan memilih dan menebang, maelo (membawa) kayu dari rimbo (hutan), mencacah tonggak, menegakkan tonggak, hingga pidato adat.

Pada September 2014 digelar prosesi adat lanjutan, yakni naik rumah gadang. Tradisi yang tetap dipegang teguh masyarakat Minangkabau ini merupakan tahap lanjut setelah pembangunan rumah gadang selesai. Prosesi ini juga dilakukan untuk rumah gadang Siti Fatimah, Sabtu (27/2/2016).

Selain semangat partisipatif, menurut Eko, dengan diperkuat riset yang mendalam, konservasi telah memberikan pengetahuan kepada semua pihak yang terlibat mengenai proses pembangunan rumah gadang.

Apalagi pengetahuan itu, baik terkait prosesi adat maupun arsitektur, sudah 100 tahun tidak muncul karena tidak pernah ada lagi pembangunan rumah gadang.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com