Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menata Kepulauan Seribu Tidak Bisa Sembarangan

Kompas.com - 08/03/2016, 14:39 WIB
GUGUSAN pulau kecil yang terhampar di samudra, di utara Ibu Kota, makin bersinar menarik perhatian. Wilayah yang termasuk dalam Kabupaten Kepulauan Seribu, Provinsi DKI Jakarta, itu telah menjadi salah satu destinasi wisata paling diminati warga Jakarta dan sekitarnya, juga dari daerah lain dan mancanegara.

Kawasan dengan sedikitnya 110 pulau itu pun dinobatkan menjadi satu dari tujuh pengembangan wisata bahari baru di Indonesia. Selain Kepulauan Seribu, antara lain juga ada Wakatobi dan Raja Ampat.

Kementerian Koordinator Kemaritiman didapuk Presiden menjadi koordinator beberapa pihak, termasuk kementerian-kementerian terkait, peneliti dari kampus ternama negeri ini, dan swasta untuk mewujudkan impian mengembangkan destinasi-destinasi wisata bahari baru itu, termasuk di Kepulauan Seribu.

Salah satu rangkaian upaya yang dilakukan adalah dengan mengadakan diskusi kelompok terfokus (FGD) di Denpasar, Bali, 19-20 Februari 2016.

Dalam pidatonya di FGD, pembicara kunci yang juga Ketua Tim Percepatan Pengembangan Wisata Bahari Indroyono Soesilo mengatakan, industri pariwisata di Indonesia menjadi tumpuan pada masa depan.

”Dibandingkan dengan industri lain, seperti bidang migas, batubara, dan CPO yang terus turun, industri pariwisata terus naik keuntungannya,” katanya.

Wisata bahari menjadi aset utama karena sebagian besar wilayah Nusantara adalah laut. Namun, pariwisata tidak mungkin berdiri sendiri, butuh dukungan total instansi lain.

Terkait Kepulauan Seribu, kata Indroyono, wisata di halaman depan Ibu Kota ini telah menyumbang pendapatan asli daerah DKI Jakarta Rp 3 triliun.

Untuk menata dan mengembangkannya, satu hal penting yang harus disediakan adalah akses harus mudah. Untuk itu, pembangunan bandar udara di Pulau Panjang harus serius pengerjaannya.

”Jika DKI tidak mampu, pemerintah pusat bisa ambil alih. Semua program utama pembangunan fisik nanti ditangani Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat,” tambahnya.

Namun, sebelum bicara teknis pengembangan, harus ditetapkan bentuk pengelolaan kawasan tersebut nantinya. Apakah kawasan ekonomi khusus seperti di Belitung, otorita, atau tetap di bawah Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.

Taman terumbu karang

Deputi IV Bidang Koordinasi Sumber Daya Manusia, Iptek, dan Budaya Maritim Kemenko Maritim Safri Burhanuddin mengatakan, setelah menentukan bentuk pengelolaan, yang penting selanjutnya adalah rencana dan upaya mewujudkan Kepulauan Seribu sebagai Indonesia Reef Garden.

Menurut Safri, akan ditentukan kawasan seluas 10.000 hektar untuk membuat reef garden ini. Pemerintah akan bekerja sama dengan beberapa peneliti ahli terumbu karang dan ahli terkait dari Perancis serta dari Institut Pertanian Bogor, Institut Teknologi Bandung, Universitas Sam Ratulangi, Universitas Hasanuddin, Universitas Papua, dan Universitas Pattimura.

Selain itu, ahli dari LIPI, LAPAN, BPPT, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Kementerian Pariwisata, serta swasta juga dilibatkan.

”Dalam tahap awal, dicanangkan kawasan 1 juta karang. Di 1.000 hektar pertama, proyek percontohan, akan dikerjakan pemerintah dan lainnya 9.000 hektar akan menggandeng swasta. Ini tantangan bagi para ahli untuk menumbuhkan terumbu karang dari sejumlah tempat di Indonesia di Kepulauan Seribu. Semacam taman mini terumbu karang Nusantara,” tuturnya.

Pengembangan tahap pertama, yaitu tahap nursery, baru dilanjutkan dengan penanaman di lokasi yang dinilai paling tepat. Penentuan kawasan ini yang diharapkan pada tahun ini.

Lingkungan-masyarakat

Dalam diskusi, perwakilan Kementerian Pariwisata meminta soal zonasi harus cermat disiapkan. Atraksi yang akan digunakan untuk menarik wisatawan juga harus tepat sesuai daya dukung lingkungan lokal, seperti wisata alam, wisata budaya, kreasi manusia, sampai wisata minat khusus, seperti terkait kegiatan luar ruang dan olahraga.

Diimbau agar jangan sampai memicu konflik dengan warga setempat.

Direktur Pemolaan dan Informasi Konservasi Alam Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Energi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Listya Kusumawardhani menegaskan, di Indonesia ada 27 juta hektar kawasan konservasi laut dan 5 juta hektar konservasi darat.

”Dari 27 juta hektar itu, termasuk di dalamnya ada lokasi 10 destinasi wisata utama. Sejak awal memang sudah sarat potensi wisata, tetapi harus tetap ditimbang kembali karena kawasan konservasi amat besar dan sangat penting,” katanya.

Kepala Suku Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kepulauan Seribu Muis Sudarmadi menyatakan, perlu perencanaan detail dan pelibatan masyarakat untuk pengembangan kawasan yang di bawah tanggung jawabnya itu.

”Penduduk Kepulauan Seribu terpisah di pulau-pulau. Mereka punya latar belakang berbeda, seperti daerah asal dan tujuan menetap di Pulau Seribu. Untuk merangkul mereka, perlu konsep jelas, target dan sasarannya, serta peran penting masyarakat terlibat aktif bukan sebagai penonton saja,” lanjut Muis.

Sampai saat ini, belum ada dasar rencana induk pengembangan yang resmi disahkan. ”Draf rencana induk Kepulauan Seribu masih finalisasi di legislasi,” katanya.

Anggota Tim Percepatan Pengembangan Wisata Bahari, Didien Junaedy mengatakan, impian menata Kepulauan Seribu sudah direncanakan sejak tahun 1985.

Namun, sampai saat ini, tingkat okupasi resor rata-rata per tahun hanya 20 persen, akses pelabuhan belum memadai, serta soal air bersih, listrik, dan sampah masih belum ada solusi.

”Untuk itu, agar berkelanjutan, sekali lagi masalah yang dihadapi masyarakat setempat harus diatasi terlebih dahulu. Selanjutnya pengembangan wisata bahari berbasis masyarakat dan lingkungan agar bisa berkelanjutan,” tegasnya.

Di sini, masyarakat adalah subyek sekaligus obyek yang mesti dipersiapkan matang. Menjadikan Kepulauan Seribu destinasi wisata bahari yang mumpuni memang tidak bisa sembarangan. (NELI TRIANA)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kemenuh Butterfly Park Bali Punya Wahana Seru

Kemenuh Butterfly Park Bali Punya Wahana Seru

Jalan Jalan
Kemenuh Butterfly Park Bali: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Jam Buka

Kemenuh Butterfly Park Bali: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Jam Buka

Jalan Jalan
Kapal Wisata Terbakar di Labuan Bajo, Wisatawan Diimbau Hati-hati Pilih Kapal

Kapal Wisata Terbakar di Labuan Bajo, Wisatawan Diimbau Hati-hati Pilih Kapal

Travel Update
5 Tips Traveling Saat Heatwave, Apa Saja yang Harus Disiapkan

5 Tips Traveling Saat Heatwave, Apa Saja yang Harus Disiapkan

Travel Tips
Penerbangan Bertambah, Sandiaga: Tiket Pesawat Mahal Sudah Mulai Tertangani

Penerbangan Bertambah, Sandiaga: Tiket Pesawat Mahal Sudah Mulai Tertangani

Travel Update
Pencabutan Status Bandara Internasional Tidak Pengaruhi Kunjungan Turis Asing

Pencabutan Status Bandara Internasional Tidak Pengaruhi Kunjungan Turis Asing

Travel Update
Bagaimana Cara agar Tetap Dingin Selama Heatwave

Bagaimana Cara agar Tetap Dingin Selama Heatwave

Travel Tips
Gedung Pakuan di Bandung: Lokasi, Jam Buka, dan Tiket Masuk

Gedung Pakuan di Bandung: Lokasi, Jam Buka, dan Tiket Masuk

Travel Update
Jogging with View di Waduk Tandon Wonogiri yang Berlatar Perbukitan

Jogging with View di Waduk Tandon Wonogiri yang Berlatar Perbukitan

Jalan Jalan
7 Tips Berkemah di Pantai agar Tidak Kepanasan, Jangan Pakai Tenda di Gunung

7 Tips Berkemah di Pantai agar Tidak Kepanasan, Jangan Pakai Tenda di Gunung

Travel Tips
Berlibur ke Bangkok, Pilih Musim Terbaik untuk Perjalanan Anda

Berlibur ke Bangkok, Pilih Musim Terbaik untuk Perjalanan Anda

Travel Tips
Cuaca Panas Ekstrem, Thailand Siapkan Wisata Pagi dan Malam

Cuaca Panas Ekstrem, Thailand Siapkan Wisata Pagi dan Malam

Travel Update
Pantai Kembar Terpadu di Kebumen, Tempat Wisata Edukasi Konservasi Penyu Tanpa Biaya Masuk

Pantai Kembar Terpadu di Kebumen, Tempat Wisata Edukasi Konservasi Penyu Tanpa Biaya Masuk

Travel Update
Siaga Suhu Panas, Petugas Patroli di Pantai Bangka Belitung

Siaga Suhu Panas, Petugas Patroli di Pantai Bangka Belitung

Travel Update
Cara ke Museum Batik Indonesia Naik Transjakarta dan LRT

Cara ke Museum Batik Indonesia Naik Transjakarta dan LRT

Travel Tips
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com