Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ki Sawiyah, Harapan Sang Pelestari Wayang Cirebon

Kompas.com - 20/03/2016, 18:39 WIB
Sejak divonis katarak, ia tak lagi pernah membuat wayang di malam hari. Lampu minyak yang membantunya berkarya ketika hari gelap digantung dekat langit-langit kamarnya yang terbuat dari anyaman bambu.

Wayang kulit cirebon berbeda dengan wayang dari daerah lain. Bentuk bagian bawah mata tokoh wayang kulit cirebon, misalnya, lurus mendatar.

Selain itu, hanya wayang kulit cirebon yang memiliki sembilan punakawan dan tokoh wayang seperti tokoh Curis dan Cungkring. ”Ini penggambaran Wali Sanga yang pernah menyebarkan Islam di Cirebon,” ujar Sawiyah.

Tumbuh bersama wayang

Sawiyah memang tumbuh bersama wayang kulit cirebon. Sejak kecil, ketika masih di Sekolah Rakyat Gegesik Kulon, ia kerap menonton pementasan wayang. Baginya, saat itu, wayang sangat menghibur, melebihi mobil-mobilan atau mainan apa pun.

”Pementasan bercerita tentang kisah-kisah pahlawan dan penyebaran Islam,” ucapnya. Saking seringnya menonton wayang, watak-watak tokoh wayang pun membekas di ingatannya.

Coba-coba, ia mulai membuat wayang dari kertas hingga mencari tahu siapa dan dari mana asal wayang kala itu. Dalang dan perajin saat itu banyak berasal dari Gegesik yang tercatat sebagai tempat para seniman Cirebon.

”Saat remaja, saya mulai ikut dengan perajin wayang kulit dari keraton di Cirebon,” ujar Sawiyah yang tak punya keturunan darah seniman sedikit pun.

Ia pun menjadi santri Ki Maruna, seorang perajin dan dalang wayang kulit dari keraton. Sejak itu, ia tumbuh menjadi perajin wayang kulit cirebon. Ia berusaha membuat wayang sesuai anjuran yang ia terima dari gurunya, Ki Maruna, demi menjaga keaslian wayang cirebon.

Hal itu ia lakukan untuk menjaga amanat Ki Maruna yang pernah berpesan, ”Aku titipkan keaslian wayang kulit cirebon, jagalah.”

Pesan itu tertancap kuat dalam ingatan Sawiyah dan ia tidak berani melanggar. Ia, misalnya, tetap menggunakan kulit kerbau sebagai bahan wayang sesuai ajaran Ki Maruna. Ia tahu bahwa kulit kerbau memang lebih kuat.

Ia juga tetap menjaga corak sungging (pewarnaan) yang bulatannya separuh merah dan selebihnya hijau dan biru. Bahkan, Sawiyah masih setia menggunakan pewarna dari serbuk. ”Memang masih kuno. Tetapi, dengan begitu, mutu dan identitas wayang kulit cirebon terjaga,” ujarnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com