Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ki Sawiyah, Harapan Sang Pelestari Wayang Cirebon

Kompas.com - 20/03/2016, 18:39 WIB
Karena Sawiyah selalu menuntut dirinya sendiri untuk membuat wayang sebagus mungkin, ia membutuhkan waktu sekitar satu bulan untuk menyelesaikan satu tokoh. Proses pembuatan makan waktu lama demi melayani ketelitian Sawiyah.

”Proses menghasilkan wayang memang lama. Ini bukan soal wayang terjual, melainkan bagaimana wayang kulit asli cirebon tetap ada,” ujarnya.

Karya Sawiyah banyak dicari pencinta wayang karena kualitasnya sangat bagus. Karyanya pun sudah ke mana-mana, seperti Jakarta dan Yogyakarta.

Ia juga pernah memamerkan karya-karyanya di Bentara Budaya Jakarta pada tahun 2000-an bersama seniman terkemuka Cirebon dan Indramayu lainnya. ”Beberapa waktu lalu, mahasiswa dari Institut Teknologi Bandung datang meneliti wayang karya saya,” ucapnya.

Namun, kegigihannya untuk menjaga keaslian wayang kulit cirebon tak mulus. Kulit kerbau, misalnya, sudah sulit didapatkan. Sawiyah sampai harus berburu kulit untuk wayang hingga ke Toraja, Sulawesi Selatan.

Untuk setengah kulit kerbau dengan ukuran hampir 2 meter, harganya Rp 600.000. Kulit seukuran itu bisa dibuat beberapa tokoh wayang. Sawiyah biasanya meraup untung sekitar Rp 1 juta untuk sebuah wayang.

Akan tetapi, dalam sebulan, paling hanya satu wayang yang terjual. Meski hasilnya tidak banyak, Sawiyah mampu membesarkan tiga anak beserta sembilan cucunya.

Ia tidak pernah merisaukan uang yang diperoleh karena ketekunannya membuat wayang sejak awal ia niatkan untuk melestarikan seni Cirebon tersebut.

Ia justru risau dengan kemungkinan punahnya wayang kulit cirebon seiring dengan menuanya para pembuat wayang cirebon.

Berdasarkan buku Seni Tatah dan Sungging Wayang Kulit Cirebon, Pengantar Reka Visual dan Makna Simbolik karya Rafan S Hasyim, terbitan Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kabupaten Cirebon tahun 2011, dari sekitar 60 kelompok wayang, Cirebon hanya memiliki 10 perajin wayang. Sekarang malah tinggal Sawiyah dan Ato Suhatno (44) yang masih produktif membuat wayang kulit cirebon.

Jika tidak ada upaya dari pemerintah setempat dan dukungan masyarakat untuk melestarikan wayang kulit cirebon, kesenian itu perlahan tapi pasti akan hilang ditelan zaman. Kenyataan ini sungguh pahit buat Sawiyah yang dari tahun ke tahun bergelut dengan wayang kulit cirebon.

”Semoga cucu saya dapat meneruskan kesenian ini saat saya sudah meninggal,” ucapnya penuh harap. (ABDULLAH FIKRI ASHRI)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com