Sarden kecil-kecil itu ia sediakan sebagai makanan bagi tukik yang benar-benar ia perlakukan seperti anak sendiri.
Wiwid juga pernah disalahkan karena dianggap menyalahi aturan bahwa telur penyu seharusnya tak dipindah dari lokasi awal.
Menurut Wiwid, telur penyu ia pindahkan agar pengawasan lebih mudah demi melindungi telur itu dari pencurian ataupun ancaman dari predator pemangsa. ”Kalau saya biarkan saja, kami akan kekurangan tenaga untuk mengawasinya,” katanya.
Tidak mudah mengajak pemburu telur penyu untuk bergabung. Selama tiga tahun mereka bergerilya mengajak pencari telur untuk bergabung melestarikan penyu.
Ia mendatangi satu per satu rumah nelayan yang biasa berburu penyu untuk mendekati mereka. Pendekatan tak hanya dilakukan sekali, tetapi berkali-kali.
Beruntung ia mendapatkan teman seperjuangan yang mau berbagi kesulitan dengannya. Teman seperjuangannya adalah Kuswaya, mantan Kepala Taman Nasional Batang Gadis, Sumatera Utara, yang kini telah pensiun dan memilih ikut bekerja keras menyelamatkan penyu.
Bersama Kuswaya, Wiwid bisa berbagai pekerjaan dan saling memberi semangat.
Kini, kerja keras yang dimulai dari nol sudah membuahkan hasil. Dari puluhan pencari penyu, akhirnya mereka tak lagi berburu penyu. Belasan orang sukarela menjadi penyelamat penyu.
Dulu, sekitar lima tahun lalu, tak ada yang memerhatikan penyu mendarat di Pantai Boom. Tempat pendaratan itu menjadi tempat yang terabaikan. Kini, penyu malah jadi ikon Pantai Boom yang mengundang wisatawan datang.
Meskipun sudah ada hasil, Wiwid tak berhenti begitu saja. Perjuangannya menyelamatkan penyu masih ia lanjutkan. Ia bercita-cita, kelak cucu dan cicitnya tetap bisa melihat banyak penyu bertelur di sepanjang 90 kilometer garis pantai Banyuwangi. (Siwi Yunita C)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.